Rafah, AHAD.CO.ID – Serangan mengerikan di Masjid Sinai telah menghambat pembukaan perbatasan Rafah-Gaza. Otoritas Mesir pun menutup perbatasan Rafah-Gaza paska serangan itu.
Hal ini membuat keraguan lebih lanjut mengenai manfaat utama yang diharapkan warga Gaza dari rekonsiliasi Fatah-Hamas terhadap akses ke dunia luar.
Kairo dianggap belum siap membuka Rafah secara reguler, meskipun pasukan keamanan Otoritas Palestina mengendalikan persimpangan tersebut.
Pejabat Hamas Salah Bardawil mengeluhkan hal ini, dan mengatakan pembukaan persimpangan Rafah belum dibahas secara tuntas.
“Sayangnya tidak mungkin untuk membahas masalah ini,” katanya dalam sebuah video yang diposkan di media sosial, seperti dikutip dari The National, Rabu (29/11).
“Warga Palestina di Jalur Gaza akan terus menderita dalam jangka waktu yang lebih lama. Itulah takdir kita,” ujarnya.
Mesir sebelumnya membuka Rafah selama tiga hari mulai 18 November dan telah merencanakan untuk membukanya selama tiga hari berikutny. Namun sekarang ditutup sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Selama dekade terakhir, pembukaan persimpangan sangat tergantung pada perubahan politik Palestina dan Mesir.
Perbatasannya hampir ditutup penuh sepanjang 2007 setelah Hamas mengambil alih kekuasaan di Jalur Gaza. Hanya dibuka selama 17 hari pada paruh pertama tahun 2017.
Gerbang melalui Rafah sangat dibatasi sampai Mohamed Morsi, aktivis Ikhwanul Muslimin yang dekat dengan Hamas, mulai berkuasa pada tahun 2011.
Namun, Mesir kembali mengadakan penutupan ketat setelah Abdel Fattah El-Sisi menggulingkan Morsi pada tahun 2013 dan terpilih sebagai presiden.
Mulai bulan Juni, hubungan Hamas-Mesir membaik, dan meningkatkan harapan Rafah akan dibuka.
Namun kini terhembat lagi setelah serangan mematikan di Masjid Al-Rawdah kawasan Sinai.
DAMAR ABDUL HAYY