AHAD.CO.ID- Bagi sebagian orang, mimpi hanyalah bunga tidur yang datang tiba-tiba dan hilang begitu saja ketika terjaga. Akan tetapi Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyatakan, “Mimpi orang beriman itu merupakan seperempat puluh enam dari kenabian.” (Hadits Riwayat Shahihain dan Ashabus Sunan).
Tidak hanya mimpi para nabi yang bisa menjadi kenyataan, tetapi juga mimpi orang beriman. Para sahabat Radhiyallahu’anhum pun pernah mengalami mimpi yang pada akhirnya terbukti. Akan tetapi, tidak seperti mimpi para nabi yang sangat terang dan tidak harus ditafsirkan karena merupakan wahyu dari Allah, mimpi para sahabat ada yang perlu diinterpretasikan atau ditafsirkan terlebih dahulu.
Mimpi sahabat Abu Bakar misalnya, beliau pernah bermimpi menaiki tangga bersama Rasulullah, tetapi mereka berselisih dua anak tangga. Dalam penafsirannya, Abu Bakar menyatakan bahwa kematiannya akan datang dua tahun setelah Rasulullah, dan itu benar-benar terjadi.
Sebaliknya, contoh mimpi yang tidak perlu ditafsirkan antara lain mimpi Bilal yang melafazkan bacaan-bacaan azan. Setelah melapor kepada Rasulullah SAW, Rasul mengatakan bahwa mimpinya benar.
Lalu bagaimana dengan mimpi kita, umat Rasulullah SAW di akhir zaman?
Mimpi baik seorang mukmin merupakan kabar gembira bagi amal amal baiknya dan merupakan sebagian tanda dekatnya kiamat. Rasulullah SAW telah menjelaskan bahwa mimpi seorang mukmin di akhir zaman, sedikit sekali yang bohong atau terjadi dari setan.
Rasulullah SAW bersabda, ”Jika zaman itu telah dekat (kiamat) , banyak mimpi orang beriman tidak bohong. Dan, sebenar benar mimpi di antara kalian adalah mimpi orang yang paling jujur dalam perkataan.” (HR Muslim)
Agar mimpi itu termasuk dari kabar gembira dan bagi kita, maka dalam sebuah hadits dari Abi Sa’id radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah SAW bersabda; “Apabila salah seorang diantara kalian melihat dalam mimpi sesuatu yang disukai, sesungguhnya itu datang dari Allah, maka hendaklah memuji Allah dan boleh menceritakannya kepada orang lain,”
Akan tetapi, lanjut beliau “apabila mimpi itu sesuatu yang tidak disukai, itu datang dari syetan, maka berlindunglah kepada Allah dan jangan menceritakannya kepada siapapun, niscaya mimpi itu tidak akan menjadi malapetaka”. (Hadist riwayat İmam Bukhori).
Apabila mimpi itu ternyata mimpi buruk, Rasulullah SAW, telah memberikan ‘penangkalnya’ agar tidak menjadi nyata.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasul bersabda, “Bila bermimpi buruk hendaklah berlindung kepada Allah dan meludah kearah kiri tiga kali. Lantas berpindah tidurnya ke lambung lain. Maka mimpinya tidak akan menjadi sesuatu keburukan apapun. (Kedudukan hadistnya shohih – kitab Mukhtarul ahadist hal.12).
Wallahu ‘alam bisshowab
Penulis: Dudy Sya’bani Takdir
Editor: Benyap