Beranda Headline Menanti Kiprah Politik Dakwah Parmusi

Menanti Kiprah Politik Dakwah Parmusi

BERBAGI
Upacara peringatan kemerdekaan RI ke-73 di Parmusi Center, Jakarta. Foto: Dudy/Ahad.co.id

Jakarta, Ahad.co.id- Saat matahari masih malu-malu terbit di Jalan Sagu No 6 Jakarta Selatan, puluhan Laskar Parmusi sudah berbaris rapih, mengulang-ulang gerakan. Sebagian masih nampak keliru, sisanya sudah rapih dan siap melaksanakan upacara bendera memperingati hari kemerdekaan Indonesia ke-73.

Tepat pukul 10.00 WIB upacara dimulai. Pengurus, kader dan Laskar Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) mengikuti upacara dengan khidmat. Saat sang Dwiwarna dikerek, semua tegap memberikan hormat. Mata mereka berbinar, memancarkan optimisme terhadap masa depan bangsa.

“Sebagai Ormas Islam, Parmusi harus membangun tradisi memperingati kemerdekaan Indonesia, karena kemerdekaan ini buah dari upaya para ulama dan pejuang Islam,” kata Ketua Umum Parmusi, H. Usamah Hisyam dalam pidatonya, Jumat (17/8/2018).

Usamah yang juga bertindak sebagai inspektur upacara itu menegaskan, sebagai organisasi dakwah, Parmusi siap mempertahankan kemerdekaan Indonesia. “Kader Parmusi harus menjadi yang terdepan dalam membela kedaulatan bangsa dan negara,” imbuhnya.

Lebih lanjut dia juga mengungkapkan, Parmusi akan selalu berpegang kepada Pancasila sebagai komitmen kebangsaan. “Namun komitmen kebangsaan tak boleh mengalahkan nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Negara ini merdeka atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa,” jelasnya.

Dewasa Bersama Sejarah Panjang Bangsa

Ketua umum Parmusi, Drs. H. Usamah Hisyam memberikan pidato di acara milad ke-18 Parmusi, Selasa (26/7) di TMII. Foto: Dudy S Takdir/Ahad.co.id

Sebagai salah satu gerakan Islam, komitmen Parmusi terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia tak perlu diragukan. Parmusi telah melalui berbagai fase dalam kehidupan berbangsa, dengan segala dinamikanya.

Syahdan, setelah melalui serangkaian rapat-rapat persiapan, pada 17 Agustus 1967 para tokoh dari 16 Ormas Islam berkumpul. Mereka sepakat mendeklarasikan kendaraan baru, melanjutkan perjuangan Partai Masyumi yang membubarkan diri pada tahun 1960 karena tekanan pemerintah Orde Lama. Kendaraan baru itu mereka namakan Partai Muslimin Indonesia (Parmusi).

Dinamika politik tanah air terus terjadi, hingga pada 5 Januari 1973, bersama Partai NU, Partai Islam PERTI, dan PSII, Parmusi sepakat menyatukan perjuangan dakwah lewat politik melalui Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Tahun berselang, para aktivis dan eksponen Partai Muslimin Indonesia di PPP akhirnya kembali melakukan deklarasi, kali ini tak membentuk partai, tapi memilih bentuk sebagai organisasi kemasyarakatan dengan sedikit modifikasi nama menjadi “Persaudaraan Muslimin Indonesia”, deklarasi dilakukan 26 September 1999 di Yogyakarta.

Baca juga :   Mereka, Para Penjaga Wahyu

Menurut Sekretaris Jenderal Parmusi, Ustaz Abdurrahman Syagaff, sejak dipimpin H. Usamah Hisyam Maret 2015 lalu, Parmusi konsisten menjalankan perubahan paradigma dari political oriented menuju dakwah oriented.

Paradigma baru itu merupakan konsekuensi dari peralihan bentuk menjadi ormas. “Dengan paradigma baru tersebut, Parmusi sebagai ormas Islam tak lagi menjadi kekuatan politik partai tertentu,” katanya usai mendampingi Usamah bertemu Ketua MPR RI, Zulkifli Hasan, Rabu (3/12/2017).

Parmusi kini didesain menjadi Connecting Moslem, penghubung umat Islam dari berbagai latar belakang pemahaman dan organisasi. “Caranya dengan mewujudkan dakwah sebagai gerakan nasional. Gerakan dakwah tersebut difokuskan dalam peningkatan imtaq, pemberdayaan sosial, kemandirian ekonomi, dan pendidikan umat,” jelasnya.

Senada dengan Syaggaf, Usamah juga mengungkapkan, dengan perubahan paradigma baru tersebut, kader Parmusi se-Indonesia diharapkan lebih militan dalam berjihad fi sabilillah untuk menegakkan izzul Islam wal muslimin. “Dengan berdakwah, Rasulullah dapat membangun kejayaan Islam,” ujar Usamah.

Paradigma baru itu, imbuh Usamah, sesuai dengan cita-cita pendiri Masyumi, Mohammad Natsir, di era 1960-an. “Pada saat itu Pak Natsir mengatakan, �Kalau dulu kita berdakwah melalui politik, sekarang kita berpolitik melalui jalur dakwah’,” tambahnya.

One District Five Dais

Ketua Umum Parmusi, Drs. H. Usamah Hisyam beserta Sekjen Parmusi, A Rahman Syagaf. Foto: Dudy/Ahad.co.id

Untuk mewujudkan cita-cita Conneting Muslim dan berpolitik dengan jalur dakwah, pada akhir 2018 Parmusi menargetkan memiliki 35.000 dai yang tersebar di 70.000 kecamatan seluruh Indonesia.

Di setiap kecamatan setidaknya ada 5 dai. Para dai tersebut ditugaskan untuk membangun Desa Madani yang dibina Parmusi. “Untuk itu Insya Allah Parmusi akan menyelenggarakan Jambore Nasional Dai Parmusi. Akan hadiri 5000 dai se-Indonesia,” kata Syaggaf.

Jambore Dai Parmusi tersebut akan digelar 24-27 September 2018, bersamaan dengan peringatan Milad ke-19 Parmusi. Di Jambore itu, para dai akan melakukan konsolidasi untuk melakukan kerja dakwah yang massif menembus batasan geografis nusantara.

Umat Islam tentu menunggu para dai segera hadir di dekat mereka, menjangkau seluruh pelosok Indonesia. Sehingga umat tak lagi bingung kemana hendak bertanya.

Sebagai ormas yang telah berkomitmen menjadikan dakwah sebagai panglima, Parmusi menjadi salah satu tumpuan harapan umat untuk membawa mereka ke jalan penuh cahaya Islam. Karena itu, Politik Dakwah Parmusi betul-betul dinantikan kiprahnya.

Dudy S.Takdir