Beranda Headline Usaha menjadikan Masjid Sebagai Pusat Peradaban Masyarakat

Usaha menjadikan Masjid Sebagai Pusat Peradaban Masyarakat

BERBAGI

Tangerang, AHAD.CO.ID- Untuk mewujudkan umat Islam yang sejahtera dan kokoh, sudah saatnya Masjid atau Rumah Allah dijadikan sebagai pusat peradaban masyarakat.

Mesjid selain berfungsi sebagai tempat ibadah juga harus berfungsi sebagai pusat interaksi masyarakat serta berbagai kegiatan jamaah lainnya.

Hal itu dikatakan Ketua Gerakan Indonesia Shalat Subuh (GISS), KH Muhammad Gatot Saptono Al Khaththath, dalam dialog dan silaturahmi dengan Forum Masjid dan Mushola BSD (FMMB) dan Ormas Islam di Kota Tangerang Selatan, Rabu (9/8/2017).

Yang bertindak sebagai tuan rumah acara tersebut adalah Ketua Umum Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) H. Usamah Hisyam, yang juga Sekretaris GISS.

Pada kesempatan itu hadir Ketua Presidium FMMB, Agus Wahyudi. Di acara itu, Agus ditetapkan sebagai Ketua GISS Kota Tangsel.

Sementara itu jumlah masjid dan mushola yang tergabung dalam FMMB sekitar 72 Dewan Kemakmuran Masjid (DKM).

Pertemuan ba’da subuh yang berlangsung di rumah kediaman Usamah Hisyam itu, juga membahas pembentukan dan deklarasi GISS Kota Tangsel yang akan digelar pada Kamis (17/8) atau bertepatan dengan HUT RI ke 72 tahun.

KH Muhammad Al Khaththath menjelaskan, masjid harus bisa dijadikan tempat yang disenangi oleh para jamaah dari berbagai golongan, baik anak-anak, remaja, pemuda maupun orangtua.

Untuk bisa memakmurkan masjid dan menambah jumlah jamaahnya, lanjut Al Khaththath, perlu dibentuk satgas yang diambil dari jemaah yang aktif datang ke masjid.

“Satgas ini tidak boleh absen datang ke masjid karena fungsinya sebagai penyangga sekaligus sebagai penggalang jemaah. Bahkan tugas satgas ini harus mampu membawa orang lain baik keluarga maupun tetangga untuk sholat berjamaah di masjid,” ungkap Al Khaththath.

Baca juga :   Penerbit Yudhistira Minta Maaf Soal Yerusalem Ibu Kota Israel

Tidak hanya itu, satgas masjid juga harus peduli terhadap setiap jemaah. Jika misalnya ada jemaah yang sakit, satgas masjid harus segera memberi informasi dan bertindak mengurus pengobatannya.

Satgas masjid juga bertugas dalam pengumpulan zakat, infaq dan sodaqoh.

Dalam kaitan itu, masjid-masjid yang nanti akan bergabung dengan GISS harus bisa membuat deklarasi yang kemudian disosialisasikan melalui YouTube.

Isi deklarasi tersebut: “Kami jemaah mesjid (disebut nama masjidnya) bertekad untuk sholat subuh berjamaah dan mengajak keluarga serta tetangga kami untuk melaksanakan Sholat subuh berjamaah karena Allah SWT”.

Selain membuat deklarasi, kata Al Khaththath, jemaah dan pengurus di setiap masjid juga harus mempunyai target dalam menambah jumlah jemaah. Misalnya, menetapkan jumlah jemaah Sholat Subuh berjamaah seperti jemaah Sholat Jumat.

Sholat subuh berjamaah merupakan titik awal untuk memulai kegiatan hidup setiap harinya. “Allah SWT telah menjamin kepada hambaNya yang melaksanakan Sholat subuh berjamaah,” jelas Al Khaththath.

Sekretarian GISS, Usamah Hisyam menambahkan, meskipun GISS belum sampai sepekan dan belum dicanangkan secara nasional, tetapi minat masjid-masjid di berbagai daerah untuk bergabung dalam GISS cukup tinggi.

“Sekarang saja baru lima hari dibentuk, sudah puluhan masjid dari berbagai daerah siap bergabung untuk terlibat dalam GISS,” tutur Usamah.

TJAHJA GUNAWAN | DUDY SYA’BANI TAKDIR