Pasuruan, AHAD.CO.ID- Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur menggelar malam puncak Milad ke-280. Dalam perayaan yang dihadiri Rais Aam PBNU KH Ma’ruf Amin dan Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Tuan Guru Haji (TGH) Muhammad Zainul Majdi, Ponpes Sidogiri menegaskan komiten kebangsaannya.
“Saat malam pembukaan milad, beberapa waktu lalu anak-anak kami kibarkan bendera merah putih raksasa, itu menunjukan kami mencintai negeri ini,” tegas Bendahara Umum Ponpes Sidogiri, Mas Ahmad Sa’dullah Abd. Alim, Ahad malam (14/5).
Warga Pesantren Sidogiri, lanjutnya, terlibat aktif melawan Jepang dan Belanda. Mereka juga terlibat langsung membebaskan Indonesia dari cengkeraman komunis.
“Ketika sudah merdeka kaum santri kembali ke pesantren, tanpa meminta jatah apapun dari negara soal kesejahteraan atau jabatan,” tegasnya.
Hal itu diungkapkan karena menurutnya saat ini kehidupan bernegara sangat gaduh. Padahal para kiai telah mengajarkan bagaimana hidup bernegara.
“Hari ini kaum muslimin yang gak protes (soal Ahok dipenjara) dianggap pemecah belah bangsa, tidak cinta kebinekaan. Kaum santri cinta tapi tidak cinta buta. Ketika ada yang bertentangan dengan agama, kami letakkan agama di atas negara,” katanya.
Sidogiri menyatakan haram pemimpin non-muslim di wilayah mayoritas muslim. Fatwa haram itu bukan karena kepentingan politik praktis, tapi dakwah dan tanggung jawab terhadap umat.
“Kita sedang berjuang menghadapi kelompok liberal Islam yang sinis kepada Islam itu sendiri. Mereka kuasai media, jadi kalau ada orang bergerak dengan agama dicap intoleran, teroris,” katanya.
Kaum liberalis menurutnya harus dilawan, karena jika tidak, lambat laun orang Islam akan malu dengan keIslamannya.
“Yang benar dianggap salah dan yang baik dianggap buruk. Kita tidak boleh diam,” serunya.
Puncak acara Milad salah satu pondok pesantren tertua di Indonesia ini berlangsung semarak. Tak kurang 15 ribu orang, mulai dari santri, wali santri, dan warga sekitar tumpah ruah di arena Mabna MMU as-Suyuthi.
Reporter: Ibnu Sina
Editor: Daniel Amrullah