Jayapura, Ahad.co.id – Berdasarkan laporan yang diterima dari TKP pasca insiden pembantaian sejumlah karyawan PT. Istaka Karya yang sedang mengerjakan proyek pembangunan jembatan di Distrik Yigi oleh Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) tanggal 2 Desember lalu, pada Ahad, 9/12/2018 sekitar pukul 13.00 WIT Tim gabungan TNI-Polri kembali menemukan 1 orang jenazah.
Korban ditemukan di dalam hutan sekitar 500m – 1 km dari posisi pembantaian di lereng bukit puncak Kabo. Ciri-ciri umum jenazah jenis kelamin laki-laki berambut panjang menggunakan celana panjang warna putih. Kondisi jenazah sudah mulai rusak atau membusuk.
Saat ini jenazah telah diangkut ke poros jalan Distrik Yigi-Mbua untuk dievakuasi ke Mbua melalui jalur darat. Selanjutnya Jenazah korban rencana akan dievakuasi ke Wamena dengan jalur udara (helly).
Satgas gabungan TNI- Polri akan terus melaksanakan pencarian sisa korban yang belum ditemukan. Sesuai dengan data bahwa masih tersisa dua orang jenazah yang belum ditemukan dan dua orang korban yang diduga masih hidup hingga sekarang belum diketahui nasibnya.
Saat ini pasukan gabungan TNI-Polri telah menguasai dan menduduki distrik Yigi dan Mbua. Situasi di distrik Mbua pasca penyerangan KKSB terhadap pos TNI di Mbua pada tanggal 3 Des lalu, masyarakat secara umum mengungsi ke hutan namun sejak kemarin hingga sekarang warga Mbua sudah mulai berangsur2 kembali ke kampung dan kegiatan sosial serta roda ekonomi mulai berjalan kembali. Sedangkan di Yigi situasi kampung masih sepi hanya beberapa warga yang bertahan di kampung sementara sebagian masyarakat masih berlindung di hutan.
Menanggapi pemberitaan oleh beberapa media yang katanya berdasarkan laporan dari kepala kampung di Yigi mengatakan bahwa dalam proses evakuasi, pasukan TNI melakukan serangan udara dan serangan Bom dan mengakibatkan sejumlah warga sipil tewas menjadi korban. Kami perlu tegaskan di sini bahwa TNI tidak pernah menggunakan serangan bom, TNI hanya menggunakan senjata standar pasukan infantri yaitu senapan perorangan yang dibawa oleh masing-masing prajurit. Media dan warga juga bisa melihat bahwa alutsista yang digunakan TNI hanya helly angkut jenis bell dam MI-17. Tidak ada helly serang apalagi pesawat tempur atau pesawat pengebom.
Selain itu TNI juga hingga saat ini belum pernah melakukan serangan, sebaliknya pada saat melaksanakan upaya evakuasi justru merekalah KKSB yang menyerang Tim Evakusi sehingga terjadi kontak tembak dan mengakibatkan satu orang anggota Brimob menderita luka tembak.
Perlu juga kami gambarkan bahwa lokasi pembantaian di bukit puncak Kabo adalah kawasan hutan yang terletak sekitar 4-5 km dari pinggir kampung terdekat. Jadi bila ternyata ada laporan telah jatuh korban akibat kontak tembak tersebut maka dapat dianalisa bahwa korbannya bukan warga sipil murni tapi mungkin saja mereka adalah bagian pelaku yang telah melaksanakan pembantaian.
Menanggapi juga seruan Sabby Sambon yang mengaku juru bicara KKSB agar TNI bertempur secara benar. Jangan bertempur diluar zona tempur yang sudah ditentukan. Mereka mengklaim bahwa mereka telah menentukan zona tempur di kawasan Habema sampai dengan Mbua. Walaupun itu hanya klaim sepihak karena tidak pernah ada perjanjian antara TNI dan KKSB tentang zona tempur tersebut.
KKSB melalui jurubicaranya Sabby Sambon mengatakan TNI jangan bertempur di Yigi atau Mbua karena sudah di luar zona tempur. Tapi faktanya justru KKSB telah melakukan pembantaian di bukit Puncak Kabo Distrik Yigi dan melakukan penyerangan Pos TNI di Mbua, mereka telah melakukan serangan terhadap pasukan gabungan TNI-Polri yang sedang melakukan upaya evakuasi terhadap korban baik di TKP puncak Kabo maupun di sepanjang jalur evakuasi Yigi-Mbua. Artinya mereka sangat tidak konsisten terhadap pernyataannya sendiri.
Ini adalah cara bertempur sistem gerilya di mana tidak dikenal adanya zona tempur, tapi di mana pasukan TNI bertemu dengan KKSB maka disitulah zona tempurnya.
Segala pernyataan tentang jatuhnya korban sipil, serangan bom dan istilah zona tempur hanyalah upaya propaganda pihak KKSB untuk berusaha menggiring opini publik guna memojokkan TNI-Polri seolah-olah TNI-Polri yang telah melakukan tindakan pelanggaran HAM, sedangkan mereka yang telah membatai puluhan orang warga sipil yang tidak berdosa seakan-akan bukan suatu kesalahan dan ingin mencari pembenaran.
Publik telah tahu semuanya bahwa mereka (KKSB) menyerang warga sipil pekerja yang sama sekali tidak mengancam mereka, dan bahkan para pekerja telah menyumbang bahan makanan untuk acara bakar batu dalam rangka memperingati 1 Desember yang mereka klaim sebagai hari kemerdekaan mereka. Malah KKSB membunuh para pekerja secara sangat sadis. Ini adalah sikap pengecut dan tidak punya harga diri, sangat hina dimata Tuhan dan dimata kita semua yang hanya berani kepada warga sipil yang tidak berdaya. Saat TNI bertindak mereka langsung koar-koar melolong bagaikan anjing kejepit minta perhatian kepada publik seolah-olah mereka para KKSB yang teraniaya.
Kami TNI memberikan ultimatum kepada KKSB, hanya punya dua pilihan segera menyerah atau kita selesaikan, ingat waktu terbatas.
Kepada masyarakat Indonesia dan International bahwa percayalah TNI akan bekerja sangat profesional terbukti prajurit yg bertugas di PBB mendapatkan penghargaan dan reward dari PBB dan bahkan PBB minta kepada Indonesia untuk menambah kuota pasukan PBB untuk menyelesaikan konflik-konflik di seluruh Dunia, sehingga apa yg dikatakan provokator yang namanya Sabby Sambon semua Bohong dan Hoax.
Kami juga menhimbau kepada Pemda baik provinsi maupun kabupaten agar jangan hanya diam melihat situasi dan insiden yang sangat nista ini terjadi di wilayah Saudara. Jangan beranggapan seolah-olah ini hanya tugas TNI-Polri. Ingat Saudara dilantik menjadi pejabat Kepala daerah telah berumpah atas nama Tuhan YME dibawah kitab suci bahwa saudara setia kepada Negara Kesatuan Republik Indinesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Termasuk siapapun yang menentang membangunan infrastruktur di Papua, mereka adalah orang-orang yang ingin melihat Papua tetap hidup primitif di erah digital saat ini. Kita ketahui bersama bahwa sebagian besar warga Papua khususnya di daerah pedalaman pegunungan tengah saat ini masih hidup di masa prasejarah. Artinya mereka belum mengenal baca tulis.
Sebagaimana pernyataan Filep Karma salah seorang tokoh KKSB yang videonya beredar di media mengatakan bahwa orang Papua bisa hidup cukup dengan makan ubi. Ingat, kebutuhan manusia bukan hanya sekedar hidup seperti binatang. Dan kebutuhan hidup tidak hanya sekedar makan ubi. Manusia butuh pendidikan, layanan kesehatan, tempat tinggal yang memadai serta manusia butuh mengikuti perkembangan kemajuan dunia.
Karma sekarang sudah pintar, pasti dia pintar bukan karena dia belajar atau sekolah di Yigi atau di Mbua tapi dia sekolah di daerah yang memiliki infrastruktur yang memadai. Tetapi betapa piciknya Karma setelah pintar, dia tidak ingin genarasi Papua lainnya ikut pintar. Karma ingin agar warga Papua tetap bertahan dalam kehidupan primitif.
Beny Aprius