Gaza, AHAD.CO.ID- Ribuan orang pada Selasa (31/10) berduyun-duyun mengiringi tujuh syuhada Palestina yang gugur dihantam rudal Israel di perbatasan Deir al-Balah di Jalur Gaza tengah.
Prosesi pemakaman berawal Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa di Deir El-Balah dan Rumah Sakit Nasser di Khan Yunis menuju rumah keluarga para syuhada di Jalur Gaza tengah dan selatan.
Arafat Abu Murshid, Hassan Hassanein dan Ahmed Abu Armanah para syuhada yang gugur dari Brigade Al-Quds, sayap militer gerakan Jihad Islam, dishalatkan di Masjid Agung Bureij di kamp pengungsi Bureij.
Sementara Umar Omar Nassar al-Falit dan Hussam al-Sumairi, anggota Brigade Al-Quds dishalatkan masing-masing di Masjid Abu Sail dan Masjid Al-Hikmah, Der Ballah.
Di kota Khan Yunis, selatan Jalur Gaza, digelar shalat jenazah untuk dua syuhada, masing-masing Mushbah Shaber dan Muhammad al-Agha dari “Brigade Qassam”, sayap militer gerakan Hamas, di Masjid Ahli Sunnah.
Sementara itu, Ketua biro politik gerakan Hamas, Ismail Haniyeh, dalam pidatonya di hadapan para jama’ah saat pemakaman para syuhada mengatakan, Musuh Zionis yang paling bertanggung jawab atas pembantaian keji ini dengan menerapkan permainan baru. Ia telah salah mengganti prioritas. Sementara perlawanan sangat jelas dalam hal ini, akan memenuhi perlawanan dengan segenap kemampuanya.
Serangan Zionis diyakini akan menyatukan perlawanan dan perjuanganya. Apa yang terjadi kemarin berupa pembantaian massal yang menuntut aksi balasan, meningkatkan persatuan dan tidak terlambat dalam memberikan perlawanan, disamping terus melangkah dalam rekonsiliasi Palestina.
Haniyeh meminta Otoritas Palestina untuk menghentikan koordinasi keamanan dengan Zionis, mengakhiri semua tindakan sangsi terhadap Jalur Gaza sebagai reaksi atas penyerangan Israel baru-baru ini di Jalur Gaza.
Di sisi lain, Khalil Hayyah anggota Biro Politik Gerakan perlawanan Islam Hamas mengatakan, perlawanan Palestina lebih cerdas tahu bagaimana menghadapi konflik dengan Israel. Ia menekankan, target ke depan akan lebih ditingkatkan lagi, pembalasan terhadap Israel akan semain besar dan kuat lagi dari sebelumnya.
Saat mengantar ke tujuh syuhada Al-Qossam dan brigade Khanyunis, Selasa (31-10) Hayyah mengisyaratkan, Zionis bermimpi jika bermaksud dengan seranganya itu dapa menghentikan perlawanan. Jawabannya ada di tangan perlawanan. Merekalah yang akan membalas setiap kejahatan Israel. Mereka juga yang akan memberikan jawaban kepada pihak-pihak yang ingin melucuti senjata perlawanan.
Dia menambahkan, tahap ini masih dalam tahapan konflik dan jihad kita, bukanlah terminal terakhir. Kepemilikan kami terhadap pasukan militer dan peralatan perang merupakan hak normal dan dijamin oleh undang-undang. Melawan merupakan hak yang dijamin undang-undang manapun demi untuk melindungi bangsa. Perlu disebutkan, bahwa perlawanan mampu memberikan perlawanan berikut jenis, tempat dan waktunya.
Dia menegaskan, hak melawan adalah hak yang tak bisa dinegosiasikan. Hak bangsa kami untuk melawan penjajahan, tak ada negosiasi dalam hal ini. Palestina berhak atas darah dan perjuangan para pemimpinnya. Bagi kami hak tersebut adalah hak suci dan sangat mahal.
Anggota biro politik Hamas ini kembali memperingatkan, musuh Zionis tidak akan bisa lepas dari kejahatannya berupa pengepungan dan pembunuhan terhadap bangsa kami. Kita menolak segala bentuk ketidakadilan dan pembiaran atas kejahatan ini.
Dia melanjutkan, perlawanan sudah dewasa tahu bagaimana menggempur dan membalas serangan dan bagaimana memberikan perlawanan dengan tempat dan waktu yang telah ditentukan yang menyakitkan bagi Israel. Darah bangsa kami sangat mahal, namun pertempuran kami masih panjang dalam mengalahkan penjajahan mengusirnya dari bumi tanah kami serta mengembalikan para pengungsi ke tanah air mereka.
Sebelumnya, sedikitnya tujuh pejuang perlawanan Palestina, satu di antarnaya komandan wilayah bagian tengah di Brigade Al-Quds dan deputinya dan dua lagi dari Brigade Al-Qassam serta 13 lainnya mengalami luka kritis dalam serangan udara Israel kemarin Senin (30/10) ke sebuah terowongan di timur Khan Yunis, Jalur Gaza bagian selatan. Sampai saat ini proses pencarian korban masih dilakukan.
PIP | DAMAR AH