Jakarta, AHAD.CO.ID- Berbeda dengan Masjid Muhammad Cheng Ho di beberapa tempat lainnya yang dibangun oleh pengurus Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), Masjid Muhammad Cheng Ho di Pandaan ini dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Pasuruan. Berdiri di atas tanah seluas 6000 meter persegi, masjid ini memiliki arsitektur yang unik dan multikultural.
Sepintas, masjid yang diresmikan pada 2008 ini terlihat seperti klenteng. Warna merah mendominasi bangunannya, dengan atap berwarna hijau. Dua tiang besar yang berada di pintu masuknya mengingatkan pada lilin raksasa yang berada di klenteng. Di pintu masuk ini juga tergantung lampion yang menjadi ciri khas Tiongkok. Tulisan nama masjid ini selain menggunakan aksara latin, juga memakai huruf Mandarin.
Lantai satu masjid ini berupa aula besar, yang dilengkapi dengan perpustakaan. Tak jarang, pengunjung, khususnya kaum ibu berusia lanjut, memilih salat di di aula itu dibanding di ruang salat di lantai dua. Unsur budaya Jawa terwakili dengan hadirnya bedug dan kolam kecil untuk membasuh kaki usai berwudhu.
Di ruang salat utama di lantai dua, unsur budaya Jawa terlihat dari mimbarnya yang terbuat dari kayu berukir. Langit-langit ruangan yang tinggi membawa kesan lapang dan lega bagi siapapun yang salat di situ. Tiang-tiangnya berwarna kuning keemasan, yang dalam budaya Tiongkok bermakna kejayaan, kerajaan, dan kekukuhan.
Tak lengkap bila masjid tanpa kaligrafi, yang menjadi unsur budaya Arab. Kaligrafi bertuliskan lafazh “Allah” berada tepat di atas pintu masuk. Sedikit ke dalam, ada jam bandul besar yang di sisi atasnya terdapat kaligrafi lafazh basmalah dan kalimat syahadat. Sedangkan di lantai dua, kaligrafi terdapat di langit-langit dan jendela. Di sisi belakang masjid juga terdapat miniatur Ka’bah.
Laksamana Cheng Hoo adalah seorang pelaut muslim berkebangsaan Tionghoa. Penjelajahannya bersama armada laut Tiongkok pada 1421 dengan membawa misi damai, menjangkau hampir seluruh dunia. Di Indonesia, ia pernah merapat di Samudra Pasai, Cirebon, Semarang, dan beberapa kota lainnya.
Kedatangan Laksamana Cheng Hoo bukan hanya untuk berdagang. Pertukaran budaya dengan penduduk setempat terjadi melalui sosialisasinya. Ia juga mengenalkan Islam pada orang-orang Tionghoa yang sudah lebih dulu menetap di Nusantara.
Reporter: Fara V Syahrini
Editor: Daniel Amrullah