Catatan perjalanan Ruli Renata
Guru madrasah, backpaker, relawan ACT
AHAD.CO.ID- Kota kecil yang berjarak 338 KM dari Frankfurt ini sangat asing di telinga saya, bahkan untuk mengucapkannya pun lidah sering salah.
Tapi rupanya, kota ini punya hubungan erat dengan Kota Kembang di tanah air, karena Braunschweig merupakan sister city dari Bandung. Ada logo “Persib” di depan balai kota yang menunjukkan ikatan kekerabatan antar kota, kalau di Bandung ada gak ya logo Braunschweig ?
Kota ini menjadi tujuan kedua saya setelah menyelesaikan agenda di Helsinki. Di kota ini selain ada kegiatan yang terkait dengan pekerjaan, saya juga bersilaturahmi dengan saudara yang sedang menyelesaikan pendididikannya. Oh iya, ada hampir 100-an mahasiswa Indonesia di sini.
Di kota yang luasnya 192,2 km2 dan jumlah penduduknya kurang dari 250 ribu jiwa ini terdapat beberapa kampus tua dan keren, bahkan termasuk 10 kampus paling bagus di Jerman. Pak Fauzi Bowo mantan gubernur DKI juga menyelesaikan pendidikannya di kota ini.
Jumlah komunitas muslim di kota ini cukup banyak dan terdapat 7 masjid yang menjadi pusat kegiatan mereka, alhamdulillah saya bisa mengunjungi 3 diantaranya, tentu saja dengan diantar oleh teman-teman mahasiswa Indonesia.
Masjid pertama yang saya kunjungi adalah Deutschsprachige Muslim Kreis (DMK). Bangunan putih ini tak nampak seperti masjid dari luar, dan memang rata-rata bangunan masjid di sana awalnya adalah bangunan lain yang dialihfungsikan menjadi masjid.
Saya datang ke masjid di waktu shalat dzuhur. Ternyata jama’ah yang hadir lumayan banyak, lebih dari 15 orang yang kalau dilihat dari wajahnya berasal dari berbagai etnis. Setelah sholat saya sempat menuju rak tempat penyimpanan Al Quran karena sekilas terlihat ada Quran terjemah bahasa Jerman. Padahal saya tidak paham bahasa Jerman, hehe.
Masjid kedua yang saya kunjungi bernama Förderung und Integration von Jugendlichen in Braunschweig e.V. (KFIJ Braunschweig e.V.), sulit sekali ya nulisnya, hehe. Masjid ini mungkin lebih gampang saya sebut masjid Turki, karena memang dikembangkan oleh komunitas muslim yang berasal dari Turki, interior masjidnya Turkish banget. Dan beberapa leaflet nya pun berbahasa Turki.
Deutschsprachige Muslimische Gemeinschaft e.V. nama masjid ketiga. Saya mengunjungi masjid ini sewaktu shalat Jumat. Suasana Jumatan di sini cukup ramai, seluruh shaf terisi penuh, mungkin kalau dijumlah lebih dari 200 orang.
Khatib pun naik ke atas mimbar dan berkutbah menggunakan bahasa Jerman, dalam khutbahnya beliau menjelaskan tentang tata cara shalat istikharah dan urgensinya. Terima kasih Farras dan Izul yang sudah menjelaskan isi khutbahnya. hehe.
Aah perjalanan di kota yang cantik nan rapi ini harus disudahi, ada ukhuwah yang begitu indah tertanam di sini, semoga saudara serta sahabatku semua istiqamah dan bisa menjadi duta-duta Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Insya Allah dalam kesempatan lain kami akan bersilaturahmi kembali. Terima kasih untuk Fatah dan keluarga, maaf ya saya sudah merepotkan.
Editor: Dudy S Takdir