Oleh Suharjo Nugroho
Mahasiswa Magister Komunikasi Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah,
Ketua Asosiasi Perusahaan PR Indonesia (APPRI)
Ahad.co.id- Seperti kata peribahasa, dalam kesempitan selalu ada kesempatan. Begitu pula di masa krisis Pandemi Covid-19. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) memaksa warga untuk melaksanakan segala aktivitasnya dari dalam rumah alias Work from Home (WFH). Kondisi ini mendorong masyarakat Indonesia untuk berakselerasi lebih cepat masuk ke era digital. Peluang baru terbuka dengan kegiatan-kegiatan yang berpindah dari offline ke online. Hampir semua aktivitas harus dilakukan secara daring atau virtual. Bekerja, belajar, berdagang, maupun berdakwah goes virtual.
Kondisi ini sebenarnya tidak terlalu sulit jika melihat data dari riset platform manajemen media sosial HootSuite dan agensi marketing sosial We Are Social bertajuk “Global Digital Reports 2020”. Riset yang dirilis pada akhir Januari 2020 itu menyebutkan, jumlah penguna internet di Indonesia sudah mencapai 175,4 juta orang, sementara total jumlah penduduk Indonesia sekitar 272,1 juta. Artinya, hampir 64 persen penduduk Indonesia sudah terkoneksi dengan jaringan internet. Dibanding tahun 2019 lalu, jumlah pengguna internet di Indonesia meningkat sekitar 17 persen atau 25 juta pengguna.
Masih dari riset yang sama, jumlah pengguna media sosial di Indonesia juga sudah mencapai 160 juta, meningkat 8,1 persen atau 12 juta pengguna dibandingkan tahun lalu. Dengan begitu, penetrasi penggunaan media sosial di Indonesia sudah mencapai 59 persen dari total jumlah penduduk.
Data di atas menyimpulkan bahwa Media Konvergensi menjadi pilihan media utama yang kini digunakan. Media Konvergensi adalah bergabungnya berbagai media seperti radio, televisi, surat kabar dan internet menjadi satu untuk diarahkan ke suatu media tunggal. Media konvergensi disebabkan karena perkembangan teknologi komunikasi digital terutama internet. Semua media konvensional itu beradaptasi dengan digital dan menghasilkan kolaborasi dengan aplikasi online conference seperti Zoom atau Google Meet, atau aplikasi siaran dari media sosial seperti Youtube Live, Instagram Live, Facebook Live, Podcast, dll.
Kemudian bagaimana merespons revolusi media di masa Covid-19 ini dalam kerangka strategi dakwah? Penggunaan media konvensional untuk dakwah Islam sudah biasa kita lakukan selama ini. Sebut saja forum kajian dan majelis taklim, baik itu off air maupun on air melalui media siaran radio atau televisi.
Namun di era Covid-19 hal ini tidak bisa lagi kita lakukan. Pembatasan kegiatan yang mengundang banyak jamaah dilarang karena bisa menjadi kluster penyebaran virus. Kita perlu cara berdakwah lain, Dakwah Virtual. Ini menjadi sangat relevan apabila sekaligus menarget #Generation Muslim atau disingkat #GenM
Riset terbaru dari Yuswohadi, Hasanuddin Ali dkk (#GenM, 2016) menyebut #GenM ini sebagai generasi baru muslim Indonesia yang berbeda. Generasi ini merupakan kelas menengah muslim yang terkoneksi dengan akses media digital dan membutuhkan sentuhan dakwah yang lebih interaktif, efektif dan mudah diakses.
Mereka tidak termasuk Gen Y, Gen X seperti yang kerap kita lihat dari teori generasi ala barat untuk melihat klasifikasi masyarakat. Secara spesifik #GenM berada di Indonesia dan merupakan generasi yang sekarang mendominasi digital di Indonesia dengan rataan umur 20 tahun atau tentang usia lahir di akhir 1980 dan awal 1990.
Ciri-ciri #GenM yang paling tampak adalah religius. Mereka ini kebanyakan orang biasa, bukan jebolan pesantren namun lagi senang-senangnya mempelajari agama. #GenM ini modern, berpengetahuan dan melek teknologi. Mereka Digital Native. Apa pun yang mereka lakukan selalu beririsan dengan Google, Facebook, Twitter, Youtube, Instagram dan teknologi lain. Mereka juga berasal dari kelas sosial yang tinggi, makmur secara ekonomi (High Buying Power).
Nah, dari data itu tentunya kita bisa mulai tergerak bahwa pemanfaatan Media Konvergensi merupakan keharusan. Dakwah sudah saatnya Goes Virtual. Apalagi merebaknya aplikasi livestreaming saat Pandemi tentu menjadi angin segar bagi ide ini. Zoom Meeting, Webinar, Google Meet, Youtube Live, Instagram Live bisa kita jadikan media untuk dakwah para da’i.
#GenM dapat membantu me-livestreaming-kan para da’i dan kiai pesantren di penjuru negeri. Kesempitan di masa Covid-19 yang membuat para da’i yang kemarin menjadi tidak lagi produktif dan diam tanpa kreativitas dapat bangkit kembali. Begitu juga dengan sejumlah pengurus masjid, majelis ta’lim dan komunitas agar bisa goes virtual saat pendemi agar dakwah dan syiar Islam tidak terhenti.
Ini bisa menjadi solusi dari tertundanya ceramah para da’i yang sudah dicantumkan jadwal tausiahnya di berbagai masjid. Kondisi ini memang membuat mereka kesulitan, hingga MUI berupaya memberikan bantuan sosial kepada para ustadz dan guru ngaji karena tidak lagi ceramah dan mengajar di masjid dan majlis ta’lim.
Sudah saatnya para pengurus masid dan majlis ta’lim bisa melek teknologi dan menyadari bagaimana mengoptimalkan dakwah virtual melalui media teknologi informasi dan komunikasi di tengah pandemi ini. Sekarang dakwah bisa dilakukan dimana saja, dan kapanpun, meski tanpa tatap muka langsung.
Banyak cara dalam mengoptimalkan dakwah virtual di tengah pandemi di bulan Ramadhan. Diantaranya dengan menggunakan aplikasi video conference yang bisa melibatkan 100 sampai 500 jamaah. Para jamaah bisa melihat, mendengar kajian, tausiah sang mubaligh bahkan bertanya jawab. Daya jangkau dakwah juga akan lebih luas dan efektif. Bisa saja, setelah pandemi covid-19 ini berakhir, dakwah virtual akan terus berkembang di masa kini dan masa depan.
Saatnya para da’i, ustadz untuk melek teknologi agar bisa dimanfaatkan untuk bisa berdakwah dengan alat penunjang yang dimiliki agar terlaksana pengajian daring walaupun di rumah saja. Sementara itu pengurus masjid, musholla, majelis ta’lim, komunitas dan instansi untuk menjadi penggerak dan menjadi inisiator dalam mengoptimalisasikan syiar dan dakwah Islam di saat pandemi. Sebagaimana dalam surat Ali Imran ayat 104 Allah Swt berfirman, “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”
***