Beranda Ekonomi Wakaf Dipercaya Jadi Instrumen Bebaskan Umat dari Kemiskinan

Wakaf Dipercaya Jadi Instrumen Bebaskan Umat dari Kemiskinan

BERBAGI

Jakarta, Ahad.co.id- Wakaf merupakan instrumen penting dalam mengatasi kemiskinan. Hal ini terungkap pada Waqf Business Forum bertema Wakaf Energi Kebangkitan Ekonomi Umat yang digelar Global Wakaf Aksi Cepat Tanggap (ACT) di Menara 165, Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan, Sabtu (19/12/2020).

Ketua Dewan Pembina Global Wakaf ACT, Ahyudin memaparkan kondisi umat Islam secara global. “Saat ini umat Islam pada posisi terbawa sana-sini. Umat hanya dijadikan objek penzaliman. Di mana-mana umat sengsara dan miskin,” ungkap Ahyudin mengawali pembicaraan.

Ahyudin melanjutkan, banyak negara-negara muslim yang porak poranda. Suriah, Yaman, Palestina, dan lain sebagainya tengah mengalami porak poranda. “Apa pesan Allah kepada kita orang beriman? Jangan sampai berbagai peristiwa ini tidak dibaca, dipahami, dihayati. Inilah cara Allah untuk memberi peluang umat untuk bangkit.

Menurut Ahyudin, dunia saat ini dirusak oleh dua hal, kezaliman dan keserakahan. Kezaliman dilakukan oleh penguasa, sementara keserakahan dilakukan pengusaha. Ini yang membuat umat Islam sengsara dan miskin.

Dikatakan Ahyudin, kemiskinan yang melanda bisa jadi karena sesama umat Islam tidak saling peduli. Tidak peduli dengan kemiskinan. Salah satu cara mengatasi persoalan kesengsaran dan kemiskinan umat adalah dengan energi wakaf.

“Kami di Global Wakaf, gimana caranya, umat mempercepat mengatasì persoalan ini dengan wakaf produktif. Setiap kita oleh Allah diberikan aset produktif dan inilah menjadi objek wakaf produktif. Kita umat Islam tidak hanya sekadar membantu saat bencana. Tapi juga membantu mengatasi kemiskinan umat. Agar umat kuat,” ujar Ahyudin.

Global Wakaf ACT, jelas Ahyudin, ingin mengubah paradigma, bahwa wakaf itu tidak hanya sekadar masjid, madrasah, ataupun pemakaman. Wakaf bisa berupa aset perusahaan yang dimiliki pengusaha. Misalnya satu perusahaan menetapkan 50 persen keuntungannya dialokasikan untuk wakaf.

Baca juga :   Kebanjiran Peminat, Pameran Halal di AS Diperpanjang

“Pada 2025 ditargetkan 100 ribu pengusaha mewakafkan aset perusahaan kepada kami sebagai nazir, maka ini menjadi modal untuk mengatasi kemiskinan,” jelas Ahyudin yang juga Presiden Global Islamic Philanthropy (GIP).

Untuk mereka yang tidak memiliki aset perusahaan, maka bisa dilakukan dengan wakaf tunai. Jika wakaf tunai ini terkumpul secara maksimal maka dapat digunakan untuk mengakuisisi perusahaan yang kita inginkan.

Narasumber lain, Presiden ACT Ibnu Khajar mengajak umat berjamaah secara ekonomi melalui instrumen wakaf. “Kalau kita shalat berjamaah, mengapa tidak berjamah secara ekonomi?” tegas Ibnu.

Menurut Ibnu Khajar, saat ini kesenjangan ekonomi begitu nyata. Hal ini disebabkan kapitalisme ekonomi mendominasi dunia. Untuk melawannya, umat perlu berjamaah secara ekonomi. “Wakaf adalah lawan tanding melawan kapitalisme,” ungkap Ibnu.

Saat ini ACT tengah mengembangkan wakaf berbasis ketahanan pangan. Karena menurutnya, bisnis pangan atau pertanian salah satu bisnis yang tidak jatuh meski di masa pandemi.

“Kita buat lumbung beras wakaf, sumur air wakaf, dan lumbung ternak wakaf. Lalu siapa yang memodalinya? Kita tak merengek kepada pengusaha, kepada para rentenier. Kita minta kepada Allah,” ujar Ibnu Khajar.

Presiden Global Wakaf –ACT, N. Imam Akbari mengatakan Waqf Business Forum adalah wasilah untuk menuju kebangkitan ekonomi umat berbasis wakaf. Forum ini menjadi sarana silaturrahim dan tukar pikiran dalam mengembangkan bisnis.

“Ini cara kita tumbuh bersama. bisnis kita melibatkan Allah sebagai wasilah. Allah memberi tuntunan bahwa wakaf hadir dalam relung kehidupan,” ujar Imam.

Pada sesi akhir, beberapa peserta memberikan komitmen untuk berwakaf melalui Global Wakaf ACT. Ada yang wakaf tunai, ada pula wakaf saham.