Beranda Berita Masjid Asy Syifa RSUD Labuha, Masjid Kecil dengan Impian Sederhana

Masjid Asy Syifa RSUD Labuha, Masjid Kecil dengan Impian Sederhana

BERBAGI

Halsel, Ahad.co.id- “Masjid kami merupakan masjid kecil dengan impian sederhana”, ujar dr Abdul Haris Nasrudin, Ketua Jamaah Masjid Asy Syifa (JMS) RSUD Labuha yang juga dokter spesialis bedah yg bekerja disana. Pengurus Masjid Asy Syifa terdiri dari kalangan medis dan paramedis.

Terdapat dokter spesialis kandungan dari UGM, UI, dan UNAIR, dokter spesialis bedah dari UNAIR dan UNPAD, dokter spesialis penyakit dalam dari UI, dokter spesialis anak dari UGM, dan dokter anestesi dari UGM dan UNAIR. Selain itu, terdapat banyak tim perawat ICU, IGD, Bangsal, Radiologi, dan lainnya yang menjadi pengurus Masjid Asy Syifa.

Saat gempa bumi Halmahera Selatan 7,2 SR Juli 2019 lalu, JMS membentuk tim tanggap bencana dengan seluruh dana takmir sekitar 2 juta, kemudian atas pertolongan Allah SWT, banyak bala bantuan yang datang dari berbagai donatur, sehingga JMS bisa mengirim tim tanggap bencana dengan masa tugas selama 1-7 hari ke 5 desa terdampak.

Dengan kehendak Allah SWT, banyak program yang berlanjut di Masjid Asy Syifa, diantaranya seperti pengiriman daging 3 ekor sapi siap makan ke daerah Gane Luar. “Kami memang tidak ingin pengungsi menjadi lebih susah bila kami kirimkan sapi hidup,” ungkap dokter Haris.

Program pengiriman Da’i ke desa terdampak bencana pun bisa dibilang program yang langsung diputuskan tanpa banyak berfikir. Program ini terbentuk setelah kami temukan fakta-fakta yang miris saat pengiriman tim bencana seperti masyarakat tidak menunaikan ibadah shalat, shalat berjamaah di masjid tidak ada, bahkan imam masjid tidak menunaikan shalat selama dua minggu. Di sisi lain, masyarat di salah satu desa korban gempa merespon kejadian gempa dengan aktifitas syirik yang justru dilakukan di masjid.

“Kami mendapatkan informasi tersebut pada pagi hari, kemudian pada sore hari sudah terbentuk program pengiriman dai dengan seluruh dana takmir saat itu.” jelas dokter Haris.

Terdapat 3 desa yang terpilih untuk dilaksanakan program tersebut dengan durasi program selama dua bulan.

“Nekad saja saat itu karena memang dana sangat terbatas. Kami menyakini bila seorang muslim mengetahui akidah saudaranya terancam, maka dia mesti berbuat sesuatu sesuai kemampuannya. Alhamdulillah, Allah SWT mendatangkan donatur sehingga program ini mencapai 7 desa.” ungkap dokter Haris.

Baca juga :   Menhan Siap Terima Tantangan Perang dari OPM

Menurut dokter Haris, JMS tidak pernah mengkhawatirkan dana untuk program yang bertujuan untuk menolong agama Allah SWT seperti ini. JMS hanya berikhtiar menyebarkan program dan Allah SWT yang menggerakkan hati para donatur.

“Kami berupaya amanah saat bekerjasama dengan lembaga lain karena kami menyadari dana yg dipakai untuk kerjasama dengan kami merupakan dana infak.” katanya.

Saat bekerja sama untuk acara sunatan massal dengan YDSF Surabaya, dengan anggaran untuk 200 peserta di Pulau Bacan, JMS gunakan untuk 386 peserta di Pulau Bacan dan Gane. Padahal untuk sampai ke Pulau Gane, perjalanaan membutuhkan waktu 6,5 jam dengan perahu kayu dan sunatan dilakukan dengan menyusuri 7 Desa dengan menggunakan perahu kayu kecil.

“Jika memang akadnya dipakai untuk sunatan, maka kami tidak mengambil sepeserpun di luar akad tersebut.” ucapnya.

Saat ini, lanjut dokter Haris, Jama’ah Masjid Asy Syifa sedang fokus pada dua (2) hal yaitu: mengembangkan pembinaan mualaf di daerah Wayamiga, desa-desa di Bacan Timur dan Desa Lata-lata di Kasiruta di samping pendampingan mualaf oleh dai JMS di Tahanan Polres Halmahera Selatan. JMS mendapatkan info bahwa desa ini dulunya merupakan desa mayoritas mualaf, tetapi karena tanpa pembinaan, maka sebagian dari mereka kembali ke agama sebelumnya.

“Begitu mendapat informasi tersebut kami saat itu juga memutuskan membuka desa binaan di sana.” tuturnya.

Fokus JMS berikutnya adalah pembangunan masjid di Desa Yomen yang hancur karena gempa. Di Desa Yomen ini, kerusakan akibat gempa sekitar 90 persen wilayah yang terdampak. Masyarakat sampai saat ini belum memiliki hunian sementara dan masjid masih berada di dalam tenda BNPB.

Ketika masyarakat di desa terdampak gempa bertemu dai, mereka layaknya seseorang yang sedang berada di padang pasir dan menemukan oase air, sangat antusias sekali. Bahkan di Desa Lemo-Lemo, pada Hari Minggu pun mereka tidak ingin libur untuk mengaji.

“Kami sangat yakin dengan firman Allah SWT bahwa barang siapa yang menolong agama Allah pasti akan ditolong dan dikokohkan kedudukannya dimuka bumi”, ujar dr Abdul Haris Nasrudin menutup pembicaraan. (Bilal)