Oleh: Tjahja Gunawan
(Pemimpin Redaksi AHAD)
Betapa sedih hati ini ketika melihat saudara kita Umat Islam yang tengah menjalankan Sholat Jum’at di Christchurch, Selandia Baru, dibantai dengan kejam, brutal, dan tidak berperikemanusiaan. Pelakunya Brenton Tarrant (28), warga Australia.
Dia dengan sengaja menembak umat Islam secara membabi buta. Sadisnya, Si Brenton Tarrant menayangkan aksi brutalnya itu secara live melalui Facebook. Menurut berita terakhir, 50 orang meninggal dalam serangan teroris tersebut.
Menyaksikan kejadian tersebut melalui program Breaking News di televisi CNN, Al-Jazeera dan BBC World News, hati ini sungguh sangat sedih bercampur marah, kesel, tapi juga bingung. Semua campur jadi satu.
Dilihat dari sisi manapun, peristiwa tersebut tetap sangat biadab. Sifat manusia agung yang penuh rasa cinta, rasa kasih, dan kelembutan beradu dengan ulah iblis berwujud manusia bernama Brenton Tarrant yang dengan sadis dan brutal menghabisi nyawa manusia yang sedang Takzim beribadah kepada Sang Khaliq.
Semoga serangan teroris tersebut bisa dijadikan bahan renungan bagi Kita semua terutama kalangan media arus utama (mainstream).
Selama ini media sering menstigmatisasi Islam itu radikal, Islam itu keras, Islam itu layaknya monster.
Wahai para wartawan dan para pemilik media, lihatlah bahwa terorisme itu tidak mengenal agama. Tapi agama Islam mengajarkan kebaikan dan membuka ruang maaf bagi yang bersalah, sebagaimana Allah SWT buka ruang taubat bagi yang berdosa.
Namun demikian, hukum tetap harus ditegakkan secara adil. Kini Si Brenton Tarrant sudah ditangkap polisi. Selanjutnya kita lihat bagaimana proses hukum dijalankan. Kita berharap hukum bisa ditegakan secara adil dan Brenton Tarrant serta orang-orang yang berada dibelakanganya bisa dihukum berat.
Semoga dengan kejadian tersebut media arus utama bisa melakukan introspeksi dan jujur dalam menyampaikan fakta kepada masyarakat. Jangan sampai media menjadi alat propaganda sebagaimana yang terjadi selama ini yang selalu menyudutkan umat Islam melalui berbagai pemberitaan dan tulisan yang misleading. Akibatnya, orang jadi membenci umat Islam dan takut pada kaum Muslim.
Meskipun hati ini terkoyak dan sebelumnya umat Islam selalu disudutkan, semoga Umat Islam bisa tetap berdiri tegak dalam berdakwah. Mari kita do’akan saudara-saudara kita di New Zaeland dan umat Islam di seluruh dunia. Ini saat yang tepat untuk menunjukkan pada dunia, bahwasanya Islam itulah cinta kasih dengan sesama.
Beberapa saat pasca aksi teror terhadap umat Islam, Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, langsung mengadakan jumpa pers menyatakan duka cita mendalam atas kejadian tersebut.
Ardern menyebutkan bahwa peristiwa tersebut sebagai hari paling gelap dalam sejarah Selandia Baru dan menyebut kejadian tersebut sebagai serangan teroris.
Warga Negara Indonesia yang menjadi korban dalam aksi teror tersebut adalah Bapak Lily Abdul Hamid, Ketua Persatuan Pelajar Indonesia Chistcurch (PPIC).
Duka cita bukan hanya dirasakan Umat Islam di seluruh dunia, namun simpati dan ucapan belasungkawa juga disampaikan warga dunia tanpa membedakan agama, suku dan ras.
Warga Selandia Baru berbondong-bondong membawa karangan bunga kemudian diletakan di suatu tempat tidak jauh dari lokasi penembakan brutal di Chistcurch, Selandia Baru.
Pasca penembakan tiba-tiba muncul sosok remaja yang ramai diperbincangkan di Sosial Media karena keberaniannya. Dia adalah Will Connolly (17). Banyak warganet banyak yang memuji keberanian Connolly yang nekad memecahkan telur di kepala Senator Australia, Fraser Anning, Sabtu (16/3).
Fraser Anning, merupakan politisi Australia yang baru saja mengeluarkan komentar kontroversial, yakni menyalahkan umat muslim atas terjadinya peristiwa penembakan di dua masjid Selandia Baru.
Nah, rupanya setelah membaca statement resmi Fraser yang beredar luas di sosial media, Connolly merasa geram sampai akhirnya memecahkan telur di kepala Fraser Anning. Siapa menuai angin, dia akan terkena badai. Dan, seketika itu pula Connolly pun menjadi Pahlawan Sosial Media.
Beberapa saat setelah aksi teror di dua masjid di Selandia Baru, pada Jumat (15/3), Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, secara resmi menyampaikan ucapan duka cita dan belasungkawa.
Anies Baswedan menyampaikan ucapan belasungkawa untuk keluarga korban dalam bahasa Inggris yang fasih. Tak hanya itu, Anies juga menekankan Selandia Baru agar pelaku penembakan segera dihukum.
“Atas nama warga Jakarta, kami turut berbelasungkawa bagi keluarga yang ditinggalkan dan juga kepada komunitas Muslim di Selandia Baru,” ujar Anies dalam video yang diunggah di akun Instagramnya.
Selain Anies Baswedan, para Pemimpin Dunia juga menyampaikan simpati dan duka cita atas aksi teror di Selandia Baru.
Bahkan Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan, langsung menelpon pimpinan Selandia Baru, Gubernur Jenderal Dame Patsy Reddy.
“Atas nama umat Islam saya mengutuk aksi terorisme yang terjadi di negara Anda. Saya tunggu nama-nama yang terlibat di belakang aksi ini karena saya tau ini bukan aksi individu. Saya akan kirim wakil dan menteri saya bersama tim ke sana,” kata Erdogan melalui telepon.
Berbeda dengan Erdogan, Presiden RI Joko Widodo tidak menyebutkan secara eksplisit aksi brutal di Selandia Baru tersebut sebagai aksi terorisme.
“Terlepas siapa pelakunya, kita sangat mengecam keras aksi ini. Dan kita pemerintah Indonesia sampaikan duka mendalam kepada korban yang ada dari korban aksi tersebut. Dan tim perlindungan WNI sedang menuju ke lokasi,” kata Jokowi di Doloksanggul, Humbang Hasundutan, Sumatera Utara, Jumat (15/3).
Akhirnya saya bisa paham mengapa media mainstream di Indonesia tidak menjadikan aksi teror dan tragedi kemanusiaan di Selandia Baru sebagai berita utama karena Jokowi sebagai Presiden, tidak menyebutkan hal itu sebagai Aksi Teroris.
Padahal, PM Selandia Baru sendiri dengan tegas menyatakan bahwa penembakan sadis dan brutal yang dilakukan Brenton Tarrant merupakan Aksi Serangan Teroris.
Menurut Budhi Setiawan, Ketua Umum Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Dakwah Islam (LPPDI) Thoriquna, peristiwa tragis di hari jumat yang mulia di Selandia Baru (New Zealand Black Friday), tindakan tersebut sudah
jelas merupakan tindakan terorisme.
“Selain membunuh ditempat ibadah yang memang sedang melakukan ritual ibadah, mereka juga memancarkan siaran langsung aksi brutalnya untuk memberikan pesan. Jelas ini adalah sikap dan tindakan terorisme. Tindakan yang sangat kental dengan aroma kebencian yang didasari oleh sikap Islamophobia,” kata Buse, panggilan akrab Budhi Setiawan.
Dalam hal ini, kata Buse, Barat adalah pihak yang paling bertanggungjawab dengan segala narasi fitnahnya kepada Islam dan ummat Islam. Hal ini kembali menjadi sebuah pertanda bahwa terorisme bukanlah berasal dari Islam.
Harus dibedakan mana sebuah sikap dan tindakan pembelaan diri dari penjajahan modern ala barat dengan terminologi teroris dan radikalnya terhadap negeri-negeri kaum muslimin.
Baratlah yang membangkitkan narasi kebencian dengan dalih humanisme dan hak asasi, namun hakikatnya penindasan terhadap kaum muslimin. Terminologi ini harus dilawan agar dunia Islam tidak terus menerus disematkan pada Islam.
Kita harus mengecam dan berharap pihak pemerintah Selandia Baru dapat memproses hukum kepada pelakunya dengan tidak menyakiti hati umat Islam yang marah terhadap kejadian ini.
Kita juga turut berduka kepada para korban penembakan di Selandia Baru. Semoga Allah mengampuni dosa mereka bahkan memberikan pahala syahid. Aamiin yaa robbal alamiin.