Jakarta, Ahad.co.id – Wasekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ustaz Tengku Zulkarnain saat orasi di Reuni 212 menegaskan tujuan kemerdekaan Indonesia adalah menjadikan negeri Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur (negeri yang baik dan mendapat ampunan Allah) bukan sekedar meraih pembangunan fisik.
Maka dari itu, Tengku mengajak generasi muda menjaga NKRI abadi sampai kiamat dengan komitmen pada nilai-nilai agama dan moral.
“Tapi bukan sembarang NKRI yang dijaga. Kita tidak mau NKRI yang bejat, kita tidak mau NKRI yang menghalalkan homoseksual, halalkan lesbian, kita mau NKRI yang Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur,” katanya di Silang Monas Jakarta, Ahad (2/12/2018).
Tengku juga mengatakan bahwa pembangunan berbagai infrastruktur seperti jalan tol, bandara, dan pelabuhan, bukan ukuran tercapainya tujuan kemerdekaan.
Karena lanjut Tengku, apabila tujuan kemerdekaan Indonesia hanya diukur dari pembangunan infrastruktur, maka Belanda yang menjajah Indonesia sudah lebih dahulu membangun infrastruktur.
“Penjajah pun bikin jalan dari Anyer sampai Panarukan. Kita bukan merdeka supaya bisa bikin jalan apalagi cuma jalan tol bayar mahal. Jalan tol 14 km mahal bayarnya sombong, Belanda bikin jalan tenang-tenang saja,” ucapnya.
Tengku menegaskan bahwa merdeka yang diinginkan bangsa Indonesia bukan bebas dari penjajahan agar membangun pelabuhan. Karena dulu Tanjung Priok, Belawan yang membuat juga penjajah.
“Kalau bikin pelabuhan penjajah juga bisa,” cetusnya.
Negara Harus Sejalan dengan Agama
Tengku menegaskan kembali, untuk mewujudkan Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur di Indonesia, pemimpin tidak boleh mengeluarkan kebijakan negara yang melawan perintah agama seperti melegalkan tempat pelacuran.
“Kalau saya ditanya siapa presiden yang mampu mewujudkannya? Serahkan kepada tentara yang dijaga ulama pasti Indonesia akan menjadi negeri Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur,” tandasnya.
Bilal