Mataram, Ahad.co.id – Maraknya informasi hoax yang beredar seputar gempa Lombok dan penanganan recoverynya di sosial media, membuat Aksi Cepat Tanggap (ACT) tergerak membuka akses informasi kepada masyarakat melalui program Information center atau pusat informasi gempa lombok.
Melalui Information Center yang berada di empat titik ini diharapkan bisa ikut serta memerangi hoax-hoax yang beredar. Adapun lokasi information center tersebut diantaranya di Posko Induk ACT jalan Sriwijaya No 80 J, Mataram, Bandara Internasional Lombok Praya, Pelabuhan Lembar serta terakhir di lokasi Intergated Community Shelter (ICS), Desa Gondang, Lombok Utara.
Dalam diskusi peluncuran information center oleh Senior Vice President ACT Syuhelmaidi Syukur, Branch Manager ACT NTB Lalu Muhammad Alfian, dan Koordinator Posko Lapangan, Sutaryo, terungkap ACT hingga saat ini masih terus mengembangkan beberapa posko di wilayah yang belum bisa dijangkau dengan kendaraan roda empat.
“Information center ini sebagai sarana bagi segenap stakeholder yang ingin memperoleh informasi sejauh mana perkembangan sebaran bantuan Lombok yang dilakukan ACT, dan bagaimana menjangkaunya. melalui tempat ini juga data keberadaan posko kita bisa diperoleh,” papar Syuhelmaidi Syukur dalam jumpa pers, Rabu (5/9).
Selain itu, information center ini juga bisa menjadi lokasi pengaduan masyarakat korban gempa yang sampai saat ini masih belum tersentuh bantuan. “Bagi masyarakat termasuk media yang menemukan adanya daerah atau dusun yang belum menerima bantuan bisa disampaikan kepada kami untuk dilakukan assasment. Sehingga diharapkan pemulihan kehidupan masyarakat bisa dilakukan secara menyeluruh, dengan mengetahui titik yang belum tersentuh bantuan dan segera tertanggulangi”, imbuhnya.
Selain itu melalui Information center ini, lanjut Syuhelmaidi, ACT mengabarkan hampir merampungkan 160 unit shelter (hunian sementara) dari target 10 ribu unit yang diprogramkan. “160 unit diantaranya tahap pertama ini berlokasi di Dusun Gondang Kecamatan Gangga Lombok Utara,” ungkapnya.
Shelter yang dibuat tersebut, lanjut Syuhelmaidi merupakan bagian dari mastering program recovery Lombok yang disebut integrated community Shelter (ICS). “Dalam ICS ini selain hunian akan terdapat masjid, sekolah, taman bermain, mck dan lain-lain,” ungkapnya.
Selain ICS, shelter itu juga dibuat secara parsial di lahan-lahan milik korban gempa itu sendiri. “Dengan begitu shelter ini menjadi satu kesatuan dari rumah permanen yang akan dibangun kembali oleh warga,” terangnya.
Hingga akhir bulan ini, tambah pria yang akrab disapa Syuhel tersebut diharapkan 1000 unit shelter rampung dibangun. “Sehingga sebelum musim hujan tiba, saudara-saudara kita bisa menempati tempat yang layak,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Cabang ACT NTB Lalu Muhammad Alfian di tempat yang sama mengabarkan mekanisme sebuah permintaan bantuan dari masyarakat hingga dapat direalisasikan. “Setelah adanya pengaduan masyarakat, tim ACT akan melakukan verifikasi di lapangan, jika sudah singkron dengan pengaduan yang masuk, terakhir barulah dilakukan implementasi penyaluran bantuan sesuai kebutuhan. Mekanisme ini berlaku bagi siapapun termasuk wartawan yang ingin mengadukan temuan lapangan,” ungkap orang nomor satu di ACT cabang NTB tersebut.
Ditambahkannya, untuk mengatasi beberapa daerah belum mendapatkan bantuan akibat akses yang sulit, ACT saat ini dibantu oleh relawan dari sebuah komunitas motor trail. “Selain kami memiliki 4 unit kendaraan off-road roda dua ini, ACT juga memiliki relawan dari komunitas trail yang siap membantu menyalurkan bantuan ke wilayah yang sulit dijangkau,” ungkap Alfian.
Sedangkan kordinator posko lapangan Sutaryo mengungkapkan, posko ACT saat ini sudah ada di semua kabupaten dan kota Se NTB termasuk di Sumbawa dan Sumbawa Barat. “Sebanyak 183 posko sudah hadir disini dari Lombok hingga Sumbawa. Posko ini kemungkinan akan bertambah karena banyak daerah-daerah yang terlaporkan belum dijangkau,” ungkapnya.
Dari 183 posko tersebut, lanjut Sutaryo, sebagian diantaranya adalah dapur umum. Didapur umum ini, para relawan ACT juga dibantu para ibu-ibu korban gempa.
Dengan dukungan ibu-ibu tersebut, menurut Sutaryo memiliki dampak positif bagi tahap recovery kejiwaan para pengungsi itu sendiri. “Hal ini membuat masyarakat tidak merasa berada di pengungsian, karena menu makanan yang diperolah masyarakat merupakan menu masakan sehari-harinya hasil olahan warga mereka sendiri,” ungkapnya.
Diakui Sutaryo, semangat relawan dan korban gempa sangat luar biasa. Mereka kuat dan tegar menghadapi musibah gempa ini. Bantuan ibu-ibu di dapur umum itu menjadi buktinya,” imbuhnya.
Sedangkan General Manager Komunikasi ACT, Lukman Azis Kurniawan menutup kegiatan konferensi pers ini dengan harapan para wartawan bisa memanfaatkan information center tersebut sebagai tempat tongkrongan para awak media. “Selain kami siapkan jaringan internet yang kuat, juga akan disiapkan sejumlah fasilitas penunjang berupa laptop, televisi, rilis setiap hari, AC, konsumsi hingga ruang konferensi pers. Silakan teman-teman wartawan yang sudah selesai meliput dari lapangan bisa datang ke media center kami untuk sekedar menulis berita dan mencari informasi data seputar kegiatan recovery pascagempa,” imbuhnya.
Hasbi Syauqi