Srinagar, AHAD.CO.ID- Gegap gempita perkembangan teknologi digital yang masuk ke lembah Kashmir rupanya ikut mengubah aspek sosial keagamaan. Kini di daerah yang terkenal dengan keindahan lanskap alamnya itu, sedang booming dakwah lewat layanan instant messenger, WhatsApp.
“Saya mengamati perubahan dalam kehidupan sosial Kashmir,” kata Ghulam Mohd Kumar, seorang pensiunan guru sejarah dari Kashmir Selatan, Ahad (25/6).
Menurutnya semua berubah sejak generasi muda mulai mengenal internet. Dia mengenang satu masa ketika masyarakat Kashmir hanya bisa menonton film lewat bioskop, berkomunikasi via sambungan telepon, atau mencari hiburan lewat TV dan radio.
Meski ada dampak negatif, Kumar lebih melihat dampak positif yang dibawa oleh teknologi. Pensiunan guru itu melihat cucu-cucunya menggunakan Whats App, bukan untuk hiburan, tapi sarana berbagi informasi keagamaan. Setiap hari cucunya menunjukkan hadits dan beberapa khutbah ulama di WhatsApp.
Arifa, seorang gadis dari Bandipora, utara Kashmir, mengatakan hal serupa. Pidato ulama (waaz) dalam bentuk audio dan video menyebar luas lewat WhatsApp.Termasuk khotbah dari ulama internasional, seperti Dr. Zakir Naik, Dr. Asrarul-Haq, dan Dr. Tariq Jameel.
Cara ini, tak dipungkiri, mengubah salah satu aspek tradisi keagamaan generasi muda Kashmir. Ilmu dan informasi keagamaan relatif lebih mudah diperoleh. Mereka yang tidak memiliki kesempatan untuk mendengarkan khotbah secara langsung bisa berbagi via WhatsApp.
“Sejak satu tahun terakhir, WhatsApp telah mengubah kebiasaan saya. Kami bertukar satu sunnah setiap pagi dengan teman-teman,” kata Nisar Ahmad, seorang guru baru dari Kashmir Selatan. Aplikasi ini membawa revolusi untuk menyebarkan dan menimba ilmu agama.
Moulvi Mohd Syafii, seorang pemuda Kashmir juga mengatakan, tren dakwah dengan teknologi canggih seperti WhatsApp dan Facebook ini menambah kesadaran anak muda tentang prinsip-prinsip ajaran Islam. Mereka memiliki satu komunitas di dunia maya, tempat saling berbagi nasihat dan kebaikan.
Kashmir adalah wilayah yang terbelah, masing-masing diperintah oleh India dan Pakistan. Konflik acapkali masih menghantui masyarakat Muslim di wilayah ini. Mereka telah memperjuangkan kemerdekaan sejak 1947. Pakistan dan PBB mendukung hak rakyat Kashmir untuk menentukan nasib sendiri, tapi pilihan itu ditentang pemerintah India.
AINUL YAQIN | DANIEL AMRULLAH