Jakarta, AHAD.CO.ID-Yussuf Awadir Abdi terhenyak ketika petugas Jomo Kenyatta International Airport menggiringnya. Rabu malam (14/6) itu, ia rencananya menumpang pesawat Qatar Airlines pulang ke Utah, Amerika Serikat. Saat pesawat akan boarding, Abdi dilarang masuk. Petugas maskapai menyampaikan kabar mengejutkan: Ia ditolak masuk Amerika Serikat. Bagi Abdi larangan ini tidak masuk akal. Status kewarganegaraan Amerika sudah digenggam sejak 2010 lalu.
Abdi datang ke Kenya untuk menjemput keluarga, seorang istri dan dua orang anak. Ketiganya malah dizinkan terbang ke Amerika Serikat hanya berbekal pasport dan visa. Sejak awal keberangkatan, Abdi sudah was-was. “Ia sebenarnya takut untuk pergi. Mereka (keluarga Abdi-red) sangat cemas,” tutur Jim McConkie, pendiri Refugee Justice League of Utah.
McConkie dihubungi Abdi di hari kejadian. Pria yang berprofesi sebagai pengacara itu berencana mengadukan masalah Abdi ke senator, kedutaan besar, dan Departemen Keamanan Dalam Negeri. “Kami melakukan semua yang kami bisa untuk memulangkannya,” kata McConkie. Ia berkejaran dengan waktu. Melalui telepon, Abdi mengingatkan visannya di Kenya akan segera berakhir.
Sulit memahami alasan Amerika Serikat melarang Abdi masuk ke negaranya. Perintah eksekutif Presiden Donald Trump mengenai larangan imigran dan pengungsi masuk ke Amerika sudah dianulir pengadilan. Terlebih Kenya tidak masuk daftar tujuh negara yang jadi sasaran kebijakan Trump. Dan- yang paling membingungkan-Abdi adalah imigran resmi yang sudah berkewarganegaraan Amerika Serikat.
Pada 2005, Abdi meninggalkan kamp pengunsi di Kenya bersama nenek, dan saudara-ssaudaranya. Ibunya tetap berada di Kenya. Abdi bekerja keras supaya bisa memboyong Ibunya ke Amerika. Sementara sang Ayah tewas dalam perang sipil di Kenya. Di Utah, Abdi kini menjadi imam Masjid Madina di Salt Lake City. Tokoh Muslim di sana, Noor Ul-Hasan, yakin Abdi dilarang kembali ke Amerika karena status sebagai Imam masjid. Ul-Hasan sudah mewanti-wanti sebelum Abdi bertolak ke Kenya. Kekhawatirannya berpangkal pada prasangka yang mungkin muncul. “Inilah yang saya khawatirkan,” ia berujar.
Jauh sebelum peristiwa di Jomo Kenyatta International Airport, pasangan asal Kenya, Ahmed Khamis Bwika and Emma Ondeko Bwika, ditahan pihak imigrasi Salt Lake City, Maret lalu. Mereka akhirnya meninggalkan Amerika Serikat lantaran permohonan banding atas suakanya ditolak. Abdi aktiv berbicara pada media selama proses negosiasi deportasi. Bwikas sudah 11 tahun menjadi jamaah di masjid yang kini ia pimpin. Pada saat itu Abdi pernah berkata: Kami pikir, Kami Muslim sedang menjadi target.
Editor: Jennar Kiansantang