Oleh Ruli Renata
Guru madrasah, backpacker, relawan ACT
AHAD.CO.ID- Tidak terasa lebih dari setengah bulan Ramadan terlewati, semoga kita bisa memaksimalkan seluruh peluang amal sholih di bulan mulia ini. Ada kabar gembira juga dari Aksi Cepat Tanggap (ACT), kalau bantuan beras dari rakyat Indonesia untuk Somalia yang berjumlah 1000 ton sudah sampai dan terdistiribusikan. Alhamdulillah.
Perjalanan saya sampai di negeri kincir angin, lebih tepatnya di Kota Utrecht. Kota terbesar ke empat Belanda ini merupakan salah satu kota yang cukup semarak keIslamannya. Menurut data yang dirilis, ada lebih dari 45 ribu atau sekitar 14 persen penduduknya beragama Islam. Saya belum mendapat jumlah pasti berapa jumlah masjid di kota ini, namun menurut penuturan sahabat saya yang tinggal di kota ini, ada lebih dari 400 masjid tersebar di Belanda.
Di kota ini sebenarnya ada komunitas muslim Indonesia yang cukup aktif mengadakan kegiatan kegiatan keislaman, namun karena banyaknya agenda, saya belum sempat silaturahmi dengan mereka, semoga di lain kesempatan saya bisa silaturahmi dengan mereka.
Di Utrecht saya mendatangi sebuah pusat keIslaman yang juga sebuah masjid, namanya Ulu Camii Moskee. Letak masjid ini sangat strategis, hanya sekitar 600 M dari stasiun Utrecht. Masjid ini dibangun oleh komunitas turki di bawah naungan Holland Diyanet Vakfi (HDV).
Dua minaret khas masjid turki berdiri perkasa menyambut kedatangan saya gedung pusat keIslaman. Lantai dasar terdapat restoran halal, dan karena ini merupakan masjid komunitas turki pastinya restoran tersebut menyediakan kebab sebagai menu utamanya. Di lantai dua terdapat perkantoran dan juga kelas. Kemudian di lantai tiga terdapat ruang utama yang digunakan sebagai tempat salat.
Dinding putih bersih berpadu dengan karpet lembut berwarna biru bergambar tulip ditambah dengan lampu gantung besar menghiasi ruang utama masjid, menjadikan suasana tenang dan menentramkan. ruangan masjid perkiraan saya bisa menampung lebih dari 500 jamaah.
Walaupun masjid-masjid di sini didirikan oleh komunitas berbasis kebangsaan, bukan berarti jamaah yang boleh beribadah harus berasal dari bangsa tertentu, siapapun boleh beribadah di sini, dan itulah hakekatnya masjid sebagai pemersatu umat.
Akhirnya perjalanan saya harus berlanjut untuk bertemu saudara saudara muslim lainnya, karena selalu ada alasan untuk menyambung silaturahmi
Oya, bagi teman teman yang kangen masakan Indonesia bisa mampir ke rumah makan Indonesia yang banyak tersebar di kota kota di Belanda, diantaranya Toko Nusantara di Denhaag dan Sari Djaya di Amersfoort.
Editor: Dudy S Takdir