Oleh Asyari Usman
Mantan Wartawan BBC*
AHAD.CO.ID- Saat ini sedang berlangsung pertandingan lag kedua antara Polisinesia lawan klub Ulmanesia. Sangat menegangkan. Waktu tinggal dua menit. Skuad Polisinesia (kalangan media menyingkatnya menjadi “Polisi”) harus menyamakan dua gol yang diciptakan oleh tim Ulmanesia. Di luar kelaziman, pertandingan dipimpin oleh wasit yang juga pemilik klub Solo. Serunya, Polisinesia FC sudah dibeli oleh pemilik Solo FC.
Tim Polisi sedang membangun serangan dari bawah, menuju tengah lapangan, sudah melewati garis tengah, dan hampir mendekati kotak penalti. Di sekeliling kotak penalti, sedang digoreng bola yang akan ditembakkan ke gawang lawan. Polisi merasa skor akan segera tercipta.
Salah seorang pemain Polisinesia, Basuki, mendapat kartu merah. Beliau kemudian dilarang bermain dua tahun. Ini membuat manajer dan pemilik klub Solo menjadi sangat marah. Kedua gol ini harus dibalas. Dengan cara apa pun juga.
Penyerang yang paling tangguh untuk membalas kedua gol itu adalah pemain berkostum nomor 3, Karnaviano Tito’o. Ujung tombak skuad Polisi ini adalah kapten timnya juga. Dia sudah sangat berpengalaman. Dia tahu aturan main. Namun, karena manajer tim memerintahkan harus ada gol yang tercipta, Tito’o tidak menghiraukan rambu-rambu permainan fair.
Pertandingan lag kedua ini berlangsung di kandang sendiri. Mungkin karena wasit yang tak lazim itu, keanehan-keanehan yang dilakukan oleh tim Polisi cenderung tidak ditegur sebagai pelanggaran. Bisa jadi juga wasit sudah “main mata” dengan kapten tim, Tito’o.