Jakarta, AHAD.CO.ID- Da’i kharismatik asal India, Dr Zakir Abdul Karim Naik melakukan safari di beberapa kota di Indonesia dan mengawalinya pada 2 April lalu di UPI bandung. Pada tanggal 8 April 2017 nanti ia akan melakukan ceramah umum kembali di Stadion Patriot Chandrabhaga Kota Bekasi.
Safari tersebut merupakan bagian dari Dakwahnya yang juga telah dilakukan di ribuan kota di negara lainnya. Namun sebagian masyarakat berpendapat jika kedatangan Zakir Naik di Indonesia ini adalah karena ada unsur politik dan dalam ceramahnya ada bahasan soal politik.
Hal itu dibantah oleh Kepala Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat (Kapuspinmas) Kementerian Agama (Kemenag) Mastuki.
“Kalau di statement-statementnya di beberapa tempat (sebelumnya) kami tidak melihat dan bicara secara khusus spesifik tentang politik. Kalau orang memaknainya itu pada politik karena mereka lihat dari media,” ujar Mastuki dikutip dari Mi’raj Islamic News Agency (MINA) di Jakarta, Rabu (5/4).
Ia menjelaskan, dari pantauannya, masyarakat melihat soal itu dari media tentang pembahasan soal hubungan politik, penistaan agama, dan soal politik-agama dipisahkan itu karena pada saat ceramahnya ada masyarakat yang bertanya lalu menurutnya masyarakat memang mengetahui dan ingin mendapat klarifikasi atau penjelasan jadi hal yang wajar jika Zakir Naik membahas hal tersebut.
Mastuki juga menilai secara substansi, dakwah yang dilakukan Zakir Naik sama dan tidak jauh berbeda dengan dakwah yang dilakukan oleh dai-dai yang ada di Indonesia. Misalnya soal pemahaman Islam yang kaffah dan Islam dalam konteks berkebangsaan. Ia mengatakan, jika memang ada perbedaan pendapat itu adalah sesuatu yang wajar.
“Dan tentu kalaupun tidak sepenuhnya sama (pendapat) keperbedaan itu wajar dan di sini (antara ulama Indonesia) juga beragam pendapat yang ada. Maka kami pada posisi Kementerian Agama melihat (biarlah) masyarakat yang akan menilai,” katanya.
Terkait dengan adalanya penolakan dari sebagian masyarakat, menurutnya itu adalah suatu kewaspadaan karena dinilai dari apa yang dilihat dan ia dapat dari media, soal latar belakang Zakir Naik yang dianggap kontroversi di berbagai negara seperti India, juga Malaysia. Menurut Mastuki, masyarakat yang menerima kedatangan Zakir Naik karena menilai bahwa dakwah sudah lebih bersifat global.
“Masyarakat yang menerima adalah bahwa sifat dakwah sekarang itu sudah lebih global jadi siapa pun untuk menyuarakan kepentingan Islam mau tidak mau harus diterima karena itu bagian dari pengayaan dakwah dan yang dikembangkan. Pemerintah tidak bisa tiba-tiba menolak keras kedatangan Zakir Naik, kita akan lihat dan kalaupun nantinya implikasi kedatangan Zakir Naik kurang baik untuk kepentingan umat Islam atau Indonesia tentu ada langkah berikutnya,” tandas Mastuki.
Editor : Benyap