Oleh : Ismail Al-‘Alam
(Mahasiswa tingkat akhir program studi Falsafah dan Agama, Universitas Paramadina)
AHAD.CO.ID- Pilihan Natsir berpolitik melalui dakwah menyadarkan kita untuk mencurahkan upaya terus-menerus dalam menyeru pada kebaikan dan mencegah pada kemungkaran. Jika politik mengutamakan pencapaian kekuasaan untuk mengatur dan mengubah masyarakat, dakwah lebih nyata dari itu, sebab yang dituju adalah manusia sebagai unsur konkret dari suatu negara dan masyarakat.
Lembaga-lembaga dakwah yang ada, seperti Muhammadiyah, NU, Persis, dan Dewan Dakwah sendiri adalah sarana penting yang sudah teruji dalam mewujudkan masyarakat madani di dalam suatu bangsa bernama Indonesia. Hal ini bukan berarti pengabaian terhadap pentingnya politik, sebab politik di tangan orang-orang culas adalah bencana bagi banyak orang.
Dengan mutu manusia yang baik, tatanan politik akan berjalan dengan baik pula, dan hal itu menjadi modal utama peningkatan suatu negara menuju kemakmuran dan kesejahteraan. (Baca tulisan sebelumnya: Natsir Sebagai Begawan )
Manusia-manusia bermutu yang dibina oleh dakwah yang benar tak akan segan mempertandingkan keyakinannya pada syari’at Islam di lingkup Indonesia. Mereka berhadapan langsung dengan kalangan yang berbeda ideologi dan kepentingan, sambil mengulurkan tangan demi persatuan. Hal itu memang tampak berat, tapi capaiannya sedikit banyak sudah dilakukan Natsir.
Dengan melanjutkan jejaknya, kita akan menjadi muslim dan menjadi Indonesia di saat yang bersamaan. Kita tak perlu meledakkan bom karena melihat segala yang di luar golongan kita sebagai musuh Tuhan, sebagaimana kita tak perlu pula membongkar syar’iat supaya sesuai dengan selera zaman.
Editor : Dudy S Takdir