Jakarta, Ahad.co.id– Aksi Cepat Tanggap (ACT), salah satu lembaga filantropi terbesar di Indonesia, terus menggaungkan Gerakan Bangkit Bangsaku. Salah satunya melalui diskusi kebangsaan.
Ketua Dewan Pembina ACT, Ahyudin, menjelaskan, pihaknya menginginkan adanya forum-forum diskusi yang menghadirkan kemanfaatan dan semangat bagi masyarakat. Bukan forum-forum yang menimbulkan kecurigaan, kebencian apalagi kegaduhan.
Dalam situasi negeri yang sedang menghadapi pandemi dan resesi seperti sekarang, kata Ahyudin, saling memberi semangat bisa jadi merupakan salah satu bukti cara mencintai negeri. Caranya, dengan bernarasi dan berkata-kata yang membuat bangsa ini memiliki semangat luar biasa.
“Orang kehilangan sahabat, bisa disebut kehilangan besar. Kehilangan orang tua, kehilangan besar. Tapi kehilangan semangat, sudah kehilangan semuanya. Yang bisa membuat bangsa ini bangkit, tegak, bergerak itu spirit, semangat,” ungkap Ahyudin dalam Diskusi Kebangsaan di Menara 165, Jl TB Simatupang, Jakarta Selatan, Kamis (8/10/2020).
Selain Ahyudin, Diskusi Kebangsaan bertajuk “Civil Society Bahan Bakar Kebangkitan Bangsa” juga menghadirkan Presiden ACT Ibnu Khajar dan filosof sekaligus pengamat sosial politik Rocky Gerung.
Ahyudin menegaskan, tanpa spirit bangsa ini tidak mungkin merdeka. Meskipun, kata dia, konon bangsa ini sekarang juga masih terjajah dengan penjajahan yang lebih serius.
Terkait musibah pandemi COVID-19 yang saat ini melanda bangsa, Ahyudin mengingatkan, tidak ada bangsa yang besar tanpa ujian besar. Karena itu ia meminta agar tidak berkhusnuzan dengan ujian ini.
“Musibah itu bukan lagi pandemi. Tapi cara menangani pandemi itu yang bisa menjadi sebab musibah,” ungkapnya.
Presiden Global Islamic Philantropy (GIP) ini juga menyadari, pandemi memang identik dengan kematian. Sedangkan resesi identik dengan kemiskinan. Ancaman ini, saat ini sedang dialami oleh banyak negara. Hanya saja, kondisi agak tragis terjadi di negara ini.
Karena itu, agar bangsa ini bangkit, masyarakat sipil (civil society)-nya juga harus hebat. Negara yang hebat, kata dia, adalah negara dengan civil society yang hebat.
“Negara hebat mestinya negara dengan civil society hebat. Pemimpin negara yang hebat, lihat civil society-nya hebat atau tidak,” tandasnya. (Hasbi)