Beranda Berita Dewan Dakwah Protes Agama Disebut Musuh Pancasila oleh Kepala BPIP

Dewan Dakwah Protes Agama Disebut Musuh Pancasila oleh Kepala BPIP

BERBAGI

Jakarta, Ahad.co.id- Pernyataan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof. Yudian Wahyudi yang dimuat oleh detik.com pada tanggal 12 Februari 2020 yang mengatakan musuh terbesar Pancasila adalah agama memicu protes berbagai pihak, salah satunya Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Mohammad Siddik.

“Sekali lagi kami prihatin dengan pernyataan pejabat negara di bawah pemerintahan Bapak Jokowi, setelah pernah gaduh dengan pernyataan menteri agama, sekarang muncul lagi pernyataan yang hampir mirip, yang menunjukkan adanya indikasi Agamaphobia atau Islamophobia dari rezim pemerintahan saat ini,” kata Mohammad Siddik dikutip dari laman resmi Dewan Dakwah, Rabu (12/02/2019).

Dia juga menyayangkan pernyataan itu muncul dari seorang pejabat yang baru dilantik. “Walaupun ketika saya baca berita nya secara utuh, yang dimaksud adalah pihak pihak yang dianggap Kepala BPIP “membajak” agama, tetapi kesimpulannya tidak tepat,” ujar M. Siddik.

Kalau kita mau jujur terhadap perjalanan bangsa ini, lanjut dia, justru agama, terutama agama Islam yang menjadi benteng bertahannya NKRI hingga sekarang, “kalau pun ada pihak pihak yang dianggap kepala BPIP menjadikan agama sebagai “komoditi” seharusnya bukan nomenklatur agama nya yang dipersalahkan,” jelasnya.

Menurutnya kesimpulan tersebut datang dari logika yang kurang tepat, sama dengan tuduhan teroris yang hanya dilekatkan kepada Islam, padahal dari pemeluk agama lain pun banyak yang bertindak sebagai teroris seperti IRA di Irlandia, Klux Klux Klan di Amerika, Tamil Tiger di India.

Baca juga :   Trump: Krisis Qatar Dapat Diselesaikan Dengan Mudah

“Ini dalam ilmu logika sebenarnya ngawur, bukan berarti karena ada sebagian orang yang “menjual” agama kemudian disimpulkan agama lah yang menjadi kambing hitam, sama seperti ngawurnya logika karena ada teroris yang beragama Islam maka Islam lah sebagai agama teroris” jelas dia.

Mohammad Siddik menyarankan agar Jokowi tidak asal pilih pejabat dengan mengangkat rang yang dapat membuat gaduh stabilitas nasional.

“Energi bangsa Indonesia ini sudah terkuras ketika masa pemilu 2019 lalu, jangan diperpanjang lagi dengan pernyataan yang tidak menghitung sensitifitas perasaan publik,” tegasnya.

Dia juga mengingatkan, permasalahan bangsa ini masih ada yang lebih penting untuk diselesaikan terutama indikasi mega korupsi di Jiwasraya, Asabri dan KPU.

“Jangan kita menjadi bangsa yang “kerdil” yang hanya mengungkit ungkit hal-hal yang sebenarnya sudah diselesaikan oleh para Founding Fathers kita di masa lalu seperti hubungan Agama dan Pancasila yang sebenarnya sudah selesai dituntaskan oleh para ulama dan Founding Fathers kita,” pungkas M. Siddik. (Hasbi)