Beranda Hikmah Berusahalah untuk Jatuh Cinta Lagi

Berusahalah untuk Jatuh Cinta Lagi

BERBAGI

Oleh:Yons Achmad
(Penulis Kreatif, tinggal di Depok)

Cinta mengubah pengecut menjadi pemberani,
mengubah penderitaan menjadi kebahagiaan,
dan cinta membawa perubahan-perubahan
bagi siang dan malam.
(Jalalludin Rumi)

“Kamu kerja pulang malam terus, tapi nggak ada hasilnya”. Dilemparlah kunci rumah ke luar jendela oleh istrinya. “Nggak usah pulang sekalian”. Ini cerita seorang dokter di awal kerjanya. Dia seorang PNS, bekerja pada salah satu rumah sakit pemerintah. Ini tentu bukan cerita sekarang, tapi sekira 30an tahun lalu, saat dirinya baru meniti karir sebagai dokter. Kerjaan banyak, operasi pasien terus menerus, tapi bayarannya tidak seberapa. Membuat istrinya ngomel-ngomel.

Apa yang dilakukan layaknya suami ketika menghadapi kondisi itu? Diam. Tapi, disaat kondisi sudah tenang, berbisik kepada istrinya “Sayang, bismillah, hidup pasti berubah”. Dan benar, selain bertugas di rumah sakit pemerintah, juga bekerja di dua rumah sakit lainnya.

Sekolah lagi, ambil bisnis dan jadilah pengusaha. Bidang kuliner, property, juga bangun dua rumah sakit swasta. Singkat kata akhirnya, kehidupan sukses berhasil diraihnya. Kesibukan barunya sekarang ini, saat usia senja, sudah 60-an tahun, lumayan menarik. Menulis buku.

Dulu, sempat berpikir untuk kabur saja. Meninggalkan istrinya. Tapi, alhamdulillah tak sampai dilakukannya. Resepnya apa? Mencoba jatuh cinta. Ya, jatuh cinta (lagi). Bukan kepada orang lain. Tapi, kepada orang yang sama. Istrinya. Ia yakin, istrinya ngomel-ngomel tentu bukan tanpa sebab, tapi tujuannya satu, demi masa depan yang lebih baik. Walau kadang muncul kelakar “Perempuan hobi ngomel biarkan saja Mas”. Ahai.

Baca juga :   Berdamailah dengan Masa Lalu

Omelan istrinya bukan membuatnya baper. Tapi, justru memberikan semangat kepadanya untuk lebih giat lagi. Tak cukup berpuas dengan hasil dari profesinya sebagai dokter. Tapi, melakukan bisnis di beragam bidang. Walau menurut pengakuannya, tak semuanya berhasil. “Dari sepuluh bisnis, dua yang bertahan itu sudah bagus Mas”, katanya.

Kunci lain, komunikasi. Kadang, suami memang sudah bekerja keras, tapi tak dipahami istrinya. Padahal, biar sama-sama saling paham, kuncinya sederhana, dikomunikasikan. Itu saja. Jadi, bukan jalan sendiri-sendiri. Tapi gerak bersama. Itulah “jamaah” keluarga.

Kini, saatnya memang, bagi para suami, ketika terlintas untuk “serong”, berusaha saja, mencoba, untuk jatuh cinta (lagi), pada orang yang sama. Istrinya. Dan yakin saya wahai para istri. Suami di manapun, dia akan terus berusaha sekuat tenaga, walau tahu peluang tinggal satu persen. Begitu.

Tanah Baru, Depok 7 April 2019.