Jakarta, Ahad.co.id – Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF-Ulama) mengkritik sikap sejumlah media yang enggan menyiarkan berita Reuni Akbar Mujahid 212 di kawasan Monumen Nasional (Monas) Jakarta, Ahad (2/12/2018) lalu.
GNPF menilai aksi pemboikotan itu memperlihatkan sikap media yang sudah menjadi corong penguasa.
“Aksi black out alias ‘pemboikotan’ beberapa media mainstream dan televisi, baik swasta maupun milik pemerintah, mereka jelas-jelas menunjukkan sikap tidak berimbang dan keberpihakan luar biasa kepada penguasa,” kata Ketua GNPF-Ulama, Ustaz Yusuf Muhammad Martak saat konferensi pers di bilangan Tebet, Jakarta, Jumat Sore (8/12/2018).
GNPF juga mengatakan bahwa dengan tindakan tersebut, sejatinya mereka telah melakukan ‘bunuh diri massal’ karena mengkhianati sejarah dan menyakiti ummat Islam sebagai mayoritas penduduk sekaligus konsumen media.
Lalu, imbuh Yusuf, secara khusus GNPF, Panitia Reuni, dan PA 212 menghaturkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada beberapa media, yaitu kepada TV One yang telah secara profesional menyiarkan secara langsung dan porsi yang memadai atas Reuni Akbar Mujahid 212.
“Republika dan Rakyat Merdeka On Line (RMOL), dan sejumlah media lain yang tidak mungkin kami sebutkan satu per satu, yang telah memberikan liputan secara proporsional terhadap Reuni Akbar Mujahid 212.
Selain itu, Ketua Panitia Reuni 212, Ustaz Bernard Abdul Jabbar mengaku akan berupaya menemui Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) untuk mengadukan sikap media yang melajukan pemboikotan. Bahkan, memungkinkan umat Islam juga melakukan pemboikotan kepada media tersebut.
“ada wacana memboikot sejumlah media, ada upaya mendatangi KPI, karena kita punya hak untuk disiarkan. Tapi umat islam sudah cerdas, bisa memilah-milah (media yang baik, red),” katanya.
Bilal