Jakarta, Ahad.co.id - Pengamat intelijen dan terorisme, Harits Abu Ulya menyindir isu temuan masjid terpapar radikalisme adalah proyek pesanan.
Diketahui, Badan Intelijen Negara (BIN) kembali memaparkan temuan 41 masjid di lingkungan kementerian, lembaga dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terpapar radikalisme.
Menurut BIN, Ada tiga kategori tingkat paparan radikalisme dari 41 masjid tersebut. Tujuh masjid masuk kategori rendah, 17 masjid masuk kategori sedang dan 17 masjid masuk kategori tinggi.
“Saya hanya bisa tertawa. Ya bisa saja itu survei order-an (pesanan, Red),” kritiknya.
Menurut Harits, isu masjid dan kampus terpapar radikalisme adalah berita lama yang sudah tak laku, ia mengaku heran mengapa isu tersebut dimunculkan kembali pada akhir tahun, jelang Pemilu 2019.
“Mungkin akhir tahun perlu habiskan anggaran dan pertahankan nomenklatur plot Seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Dan itu adalah isu-isu seperti ISIS, radikal, dan sebagainya yang tidak ada di masyarakat, “ungkapnya.
Harits juga mengatakan bahwa selama ini pihak yang melakukan riset atau pihak yang menjalankan proyek sistemik kontra-radikalisme tidak punya parameter yang teruji soal radikalisme.
“Ukuran-ukuran ambigu dan tendensius, tanpa sadar justru mereka mengembangkan sikap sangat radikal karena ingin memaksakan kehidupan sosial politik di NKRI dengan liberalisme, pluralisme yang jelas-jelas difatwakan haram oleh MUI,”bebernya.
Harits meyakini proyek kontra radikalisme sebagai upaya merubah ideologi masyarakat religius menjadi masyarakat liberal yang lemah menyikapi imperialisme.
“Dibalik proyek kontra radikalisme sejatinya adalah upaya sistemik untuk mengokohkan kehidupan masyarakat dan khususnya umat islam dalam warna yang liberal dan kompromi dengan kepentingan imperialisme Barat,”tandasnya.
Bilal