Jakarta, Ahad.co.id- Kendati belum genap setahun menduduki posisi Utusan Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban, Din Syamsuddin memutuskan mengundurkan diri.
Din beralasan ada tiga hal yang melatarbelakangi keputusannya itu. Pertama, dia tidak ingin dipersepsikan mendukung Joko Widodo sebagai Capres 2019. Kedua, ingin menegakkan khittah Muhammadiyah. Ketiga, menjaga netralitas Majelis Ulama Indonesia (MUI).
“Saya kemarin (Jumat 21/9, Red) mengirim surat kepada Jokowi. Tentang pengunduran diri saya dari jabatan utusan khusus presiden,” katanya kepada wartawan akhir pekan lalu. Din diangkat Joko Widodo menjadi utusan sejak 23 Oktober 2017 lalu. Kemudian mulai efektif bekerja mulai Februari 2018.
Lebih lanjut, dia juga menguraikan alasannya mundur dari jabatan utusan khusus tersebut. Din menceritakan sejak Jumat (21/9) Jokowi sudah definitif sebagai Capres dalam Pilpres 2019. Maka Din memutuskan dirinya tidak mau lagi menjadi utusan presiden. Sebab jika dia masih menduduki posisi sebagai utusan presiden, maka otomatis menjadi utusan capres juga.
Din menuturkan ingin menegakkan khittah Muhammadiyah. Bahwa Muhammadiyah tidak terlibat dalam politik kekuasaan. “Saya ingin menegakkan itu dan meneladankan itu,” jelasnya.
Selain itu pertimbangan mundur sebagai utusan Presiden karena saat ini Din diberi amanat sebagai ketua dewan pertimbangan (wantim) MUI. Menurutnya sebagai ketua wantim MUI, dirinya harus mengayomi seluruh unsur umat Islam.
Din mengungkapkan bahwa saat ini umat Islam sudah terbelah menjadi dua poros. Yakni umat Islam yang mendukung Jokowi dan Prabowo.
“Saya berada di posisi untuk semua. Nanti dikira ada di satu pihak,” jelasnya. Din menegaskan dirinya secara pribadi memiliki hak politik untuk memilih capres yang dia inginkan.
Dia berharap menyongsong masa kampanye sampai nanti hari pemungutan suara, umat Islam harus bisa menjaga persaudaraan kebangsaan. Baginya ukhuwah islamiyah harus diutamakan.
Daniel Amrullah