Beranda Berita Titik Nol Islam di Nusantara

Titik Nol Islam di Nusantara

BERBAGI
Azerbaijan. Foto : Istimewa.

Azerbaijan, Ahad.co.id- Penelitian tentang masuknya Islam di Nusantara dari wilayah Kaukasus khususnya Azerbaijan direncanakan akan diadakan oleh Husnan Bey Fananie Selaku Duta Besar RI untuk Azerbaijan.

Penelitian tersebut akan melibatkan sejumlah tim ahli dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (UI) Jakarta, di antaranya Maman S. Mahayana, Bastian Zulyeno, Ghilman Assilmi, dan Chaidir Ashari.

“Penelitian ini berkaitan dengan miripnya material culture yang berada di Indonesia dan Azerbaijan. Saya menduga kemiripannya ini menunjukkan adanya kemungkinan besar pengaruh Kaukasus dalam proses masuknya Islam ke Nusantara,” ungkap Husnan dalam keterangan tertulisnya, Rabu (1/7/2018).

Husnan berharap, penelitian ini akan menghasilkan sebuah paradigma baru tentang sejarah masuk Islam di Indonesia, yang selama ini masih bias dan didominasi oleh teori Gujarat dan Timur Tengah.

“Kami dan tim berkeyakinan pada awal-awal kedatangan Islam di Nusantara, ada wilayah lain selain Gujarat dan Timur Tengah yang ikut menyebarkan Islam di Indonesia,” jelas Husnan yang baru saja mendapatkan gelar Profesor Kehormatan dari Azerbaijan University of Languages (AUL) tersebut.

Keyakinan mantan Asisten Pribadi Wakil Presiden RI Hamzah Haz ini didasarkan pada temuan awal yang dilakukannya bersama tim yang melibatkan seorang peneliti UI, Dr. Bastian Zulyeno.

Bastian yang sempat melakukan pre-riset mengatakan bahwa ada hubungan antara penduduk Azerbaijan dan Indonesia. Hal iru dapat terlihat dari kesamaan nisan kuno yang ada di kedua wilayah negara tersebut, khususnya yang ada di Barus dan Aceh.

“Saya sempat melakukan observasi lapangan di daerah Sundu dan Maraza, Azerbaijan. Nisan kuno yang ada di Barus dan Aceh memiliki bentuk dan karakteristik yang sama dengan yang ada di wilayah tersebut,” ungkap Bastian.

Baca juga :   Ustaz Zaitun Rasmin Ajak Umat Bersatu Meski Berbeda

Jika dilihat dari material culture, tegas Batian, nisan-nisan tersebut memiliki inskripsi dan simbol-simbol yang biasa terdapat pada pemakaman tokoh sufi atau raja-raja. “Begitu juga jika dilihat dari lokasi pemakaman yang ada di atas bukit,” imbuhnya.

Seperti diketahui, pada Bulan April 2017 lalu Presiden Jokowi sempat meresmikan Titik Nol Peradaban Islam Nusantara di Pantai Barus. Kendati demikian, soal masuk dan berkembangnya agama Islam untuk pertama kali ke Nusantara masih menjadi bahan perdebatan.

Sampai kini, belum ada kesepakatan di antara para sejarawan mengenai awal kedatangan Islam termasuk asal pembawa ajaran tersebut. Sementara ini teori-teori yang ada tentang masuknya Islam ke Nusantara dapat dibagi menjadi dua kelompok.

Kelompok pertama menyebutkan bahwa penyebaran agama Islam ke Indonesia terjadi pada abad ke-7 M, yang berarti hampir bersamaan dengan meluasnya kekuasaan daulah Islamiyyah di bawah kekuasaan Bani Umayyah (661-750) ke luar wilayah Jazirah Arab yang sekarang disebut sebagai “Timur-Tengah”.

Teori pertama ini antara lain didukung W.P. Groeneveldt, T.W. Arnold, Syed Naquib Al-Attas, J.C. van Leur, Hamka, dan Uka Tjandrasasmita.

Sedangkan kelompok kedua mengajukan teori bahwa penyebaran Islam ke wilayah kepulauan Indonesia baru terjadi pada abad ke-13 M. Pendukung teori kedua ini antara lain adalah C. Snouck Hourgronje, R.A. Kern, J.P. Moquette, dan Haji Agus Salim. Artinya Islam menyebar ke Nusantara pada masa Bani Abasiyyah (750-1258 M) menjadi penguasa di Timur Tengah.

Ahmad Royyan