Beranda Headline Sepenggal Doa dari Balik Awan

Sepenggal Doa dari Balik Awan

BERBAGI
Salat di pesawat/Ilustrasi

Oleh Andri Saleh

AHAD.CO.ID- Ini sekadar berbagi cerita saja, dari pengalaman pribadi waktu pertama kali naik pesawat terbang. Pas nunggu di lounge atau ruang tunggu, mulai banyak pikiran macam-macam. Gimana kalau pesawatnya gagal take off? Gimana kalau pesawatnya jatuh? Gimana kalau di dalam pesawat itu ada teroris trus ngeledakin pesawat pakai bom? Gimana kalau pesawatnya gagal landing? Macam-macam deh.

Udah mikirin kayak begituan, langsung deh ujug-ujug jadi orang paling saleh sedunia. Sambil duduk, mulut komat-kamit berdzikir. Bacaannya mantap banget plus super khusyuk. Trus pas naik tangga pesawat, duluin kaki kanan sambil ngucap basmalah dengan fasih sampai orang Arab pun kalah. Itu ngucap basmalah-nya pun nggak sampai situ, pas menyimpan tas di kabin ngucap basmalah, pas duduk ngucap basmalah, pas nyetel sandaran duduk ngucap basmalah. Wuah, pokoknya ahli sorga banget deh.

Yang lucu pas pesawat mau take off. Kepala menunduk, mata terpejam, dan mulut komat-kamit. Berdoa khusyuuuuuk banget! Kayaknya malaikat pun angkat topi deh! Doa-nya kayak gini.

“Bismillahi majreehaa wa mursaaha inna rabbi wa ghafuururrahiim”.

Selesai? Nggak tuh, malah dilanjut baca artinya. Artinya kurang lebih kayak gini.

“Dengan nama-Mu ya Allah aku berkendaraan dan dengan nama-Mu ya Allah aku sampai di tempat tujuan. Sesungguhnya Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.

Wuingggg. Terbang deh. Nah, pas di angkasa, kebetulan ada cuaca buruk. Pesawatnya nggak stabil, bergetar keras. Nyawa serasa di ujung nafas. Nah, langsung deh inget dosa. Mulut refleks komat-kamit berdoa plus dzikir. Entah itu mohon ampun alias tobat dengan mata yang berkaca-kaca. Pokoknya berdoa-nya dari hati yang paling dalam.

Baca juga :   Bogor Jadi Tuan Rumah Program OMOJ Angkatan ke-5

Alhamdulillah pesawat mendarat dengan selamat. Hati lega, mata berkaca-kaca. Mulut nggak berhenti mengucapkan syukur sambil terharu. Malah kalo nggak malu, maunya sih langsung sujud syukur di lintasan bandara. Hehe.

Aneh. Setelah itu, nggak ada lagi doa-doa yang khusyuk. Asal-asalan aja, malah kadang nggak baca doa. Abis sholat, baca doanya super kilat. Mau tidur lupa baca doa karena ketiduran, bangun tidur nggak baca doa soalnya bangun kesiangan, mau makan nggak kepikiran baca doa karena perut udah keroncongan. Belum lagi pas mau masuk kamar mandi, keluar rumah, naik kendaraan, bercermin, dan sederet aktivitas lainnya. Paling banter cuma ngucap basmalah aja, cari aman plus cari gampangnya aja.

Ternyata, sudah jadi kebiasaan kalau doa khusyuk cuma diucapkan dalam keadaan yang kritis, genting, dan darurat. Misalnya, pas mau nikah, pas mau melahirkan, pas mau ujian, dan ya kayak pengalaman saya tadi, naik pesawat terbang. Iya, kan?

Katanya sih, doa itu adalah sebuah permohonan kepada Yang Maha Kuasa sekaligus senjata orang-orang yang beriman. Tapi kadang terlewat gitu aja, sering dianggap sepele.

Inginnya sih, setiap mau melakukan sesuatu diawali dulu dengan berdoa. Maksudnya supaya apa yang kita lakukan itu jadi berkah. Inginnya lagi, doa-doanya itu khusyuk tingkat tinggi kayak penggalan doa dari balik awan tadi. Cuma, ya namanya manusia. Suka lupa.