Jakarta, AHAD.CO.ID, Muslim Uighur kembali mendapat tekanan. Pemerintah Cina mengeluarkan kebijakan baru yang represif. Lewat aturan itu suku Uighur yang menjalankan studi di luar negeri dipulangkan dan diinterogasi. Aturan yang dikeluarkan itu diterapkan secara global.
Akibatnya, seorang aktivis dan mahasiswa asal Uighur menyebut 100-an orang tertahan di Mesir. Mereka tidak mematuhi aturan yang dikeluarkan pemerintah Cina. Aturan pemerintah Cina terutama ditujukan pada suku Uighur yang menempuh pendidikan di negara berpenduduk mayoritas Muslim, khususnya Mesir dan Turki. Tapi seorang mahasiswa asal Uighur di Amerika Serikat dikabarkan juga dipaksa pulang menggunakan aturan itu.
Pelajar dan aktivis mengatakan pemerintah Cina mengirimkan perintah pulang bagi semua pelajar Uighur di seluruh dunia. Ada pula ancaman orang tuanya di Cina akan ditahan. Kelompok hak asasi mengatakan aturan pemulangan suku Uighur melanggar hukum internasional. Peneliti Amnesti Internasional William Nee, menyebut Cina berusaha menekan model Islam yang tidak bisa mereka kendalikan.
Akibat aturan pemerintah Cina, 150 pelajar Uighur di Al-Azhar, Mesir, kini ditahan di Ibukota Mesir. Sebagian lagi yang baru akan masuk Mesir tertahan di bandara. “Saya dengar dari seorang petugas, hal ini terkait hal besar, dan politik antara Mesir dan Cina,” tutur seorang pelajar yang tertahan di Bandara Alexandria. Mereka akan dideportasi. “Dan ketika tiba di sana, kami akan dipenjara,” lanjutnya. Sekurangnya 22 orang telah dideportasi ke Cina.
Cina dan mesir kini tengah mempererat hubungan diplomatik. Terusan Suez yang menghubungkan Laut Mediterania dan Samudera Hindia merupakan kunci infrastuktur jalan Cina senilai 900 miliar dollar. Mesir juga punya kepentingan terhadap Cina. Negeri tirai bambu itu merupakan pengimpor terbesar barang-barang kebutuhan ke Mesir.
Jennar Kiansantang | Financial Times