Jakarta, Ahad.co.id - Komisi Dakwah Khusus (KDK) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat menggelar seminar “Mengungkap Fakta-Fakta Upaya Pemurtadan Pasca Bencana dan Solusinya” di Aula Kantor MUI Pusat, Jakarta, Senin (19/11/2018).
Anggota KDK, Ustaz Abu Deedat Syihab menjelaskan dari acara ini digelar untuk merespon perkembangan pemurtadan di Indonesia yang semakin masif dan kreatif bentuknya.
“Pemurtadan hari ini semakin berkembang dan masif bukan berkurang, jadi perlu kita respon,” kata Abu Deedat kepada ahad.co.id di kantor MUI, Jakarta.
Salah satu perkembangan pemurtadan yang masif, menurutnya adalah berkembangnya ajaran liberalisme agama di tengah-tengah umat Islam Indonesia. “Pemurtadan bukan hanya orang disuruh pindah agama, tapi menjadi liberal dengan menganggap semua agama benar, juga bentuk pemurtadan,” jelasnya.
Termasuk, lanjutnya, pola pikir sekuler yang memisahkan urusan agama dan dunia, perkembangan semakin masif, sementara sekulerisme bisa menjadi jembatan manusia meninggalkan agamanya.
“Hari ini sekulerisme menjadi senjata utama agar orang-orang jauh dari agamanya,” ujar ahli Kristologi itu.
Abu Deedat juga mengatakan pola penyebaran pemurtadan mengikuti perkembangan zaman. Tidak hanya dengan pola-pola lama, tapi sudah mengikuti perkembangan teknologi digital.
“Sekarang ini, pemurtadan masif di media-media sosial, mereka juga mengikuti perkembangan situasi, karena sekarang zaman teknologi,” katanya.
Salah satu upaya menghadang pemurtadan, Komisi Dakwah Khusus MUI akan membentuk struktur hingga ke daerah-daerah di seluruh Indonesia.
“Struktur diupayakan nasional di tiap provinsi, tapi diutamakan terlebih dahulu di daerah-daerah rawan pemurtadan,” katanya.
Dalam seminar itu, hadir sejumlah pembicara yang menjelaskan data-data perkembangan pemurtadan di Indonesia.
Bilal