LIVERPOOL, AHAD.CO.ID – Di tengah-tengah kekacauan yang melanda Mesir, Mohamad Salah muncul sebagai penghibur, pelipur lara, pemberi asa dan harapan sekaligus pemersatu bangsa.
Saat dirinya beraksi di lapangan di bawah komandan manajer Liverpool, Jurgen Klopp, Salah mampu menyatukan seluruh warga Mesir di dalam ruangan warung kopi.
Salah pun ternyata bukan hanya mempersatukan warga Mesir, tetapi juga berupaya mengambil tindakan yang tak pernah dilakukan politisi yakni menyatukan Timur Tengah.
Baik warga Oman, Yaman, Kuwait, Tunisia, Maroko, dan Saudi yang menggandrungi sepakbola pasti mengagumi dirinya dan menginginkan jersey bertuliskan namanya – dalam bahasa Arab tentunya.
Bagi bangsa Arab, Salah adalah simbol yang sangat indah mempesona. Sedangkan bagi warga Mesir, dia layaknya seorang penyelamat dari kenestapaan.
Hatem Kadous, seorang pengacara Mesir kelahiran Inggris, menyatakan, aksi Salah di dalam ataupun di luar lapangan betul-betul membawa dampak yang signifikan.
Hatem ingat betul ketika Salah berhasil mencetak gol dari titik putih ke gawang Kongo yang berhasil membawa Mesir tampil di Piala Dunia 2018 setelah absen sejak tahun 1990, top skor Liga Primer Inggris itu menolak hadiah villa yang diberikan pemerintah.
“Dia menolaknya, dan meminta sejumlah uang yang sama dengan harga villa itu untuk diberikan ke kampung halamannya,” kata Hatem.
“Selama 90 menit Salah memberikan Mesir sebuah harapan. Negeri kami mengalami krisis ekonomi, setiap minggu selalu ada bentrokan bersenjata, dan Salah satu-satunya yang bisa membuat Mesir tetap bahagia,” ujarnya.
Kata Hatem, warga Mesir sangat bahagia dan ceria ketika Salah berhasil mencetak gol. Mereka pun dapat melupakan segala beban dan cobaan hidup saat ini. Bukan hanya Mesir, seluruh Timur Tengah pun merasakan kesenangan yang sama.
“Messi tidak menyatukan kawasan, tidak menyatukan negara. Iya, kan? Ronaldo juga tidak. Mereka tidak punya dimensi sosial seperti Salah,” ujar Hatem.
THE SUNDAY TIMES | IKRIMAH