ATHENA, AHAD.CO.ID – Najib Alhaj masih berusia 12 tahun ketika dia harus menderita cedera saraf tulang belakang setelah serangan bom menghantam rumahnya di Homs, Suriah, dua tahun yang lalu.
Akibat cedera itu, Najib tidak dapat merasakan apa-apa di bawah pusarnya. Ayahnya sempat langsung membawa Najib ke klinik setelah serangan bom, tapi tidak pernah sempat menjalankan terapi pengobatan.
Setelah itu, keluarga Najib memutuskan untuk pergi dari Suriah meninggalkan peperangan. Melintasi Laut Mediterania menggunakan perahu karet kecil dari Turki menuju Yunani. Di sana mereka diterima sebagai pengungsi pada tahun 2016 silam.
Di sana keluarga Najib berusaha agar anaknya tetap memiliki semangat dan harapan hidup. Caranya dengan melibatkan Najib dalam kegiatan olahraga di dalam naungan lembaga Para Sport.
Faten Syahud, ibu Najib, mengaku senang dan lebih bahagia karena kini anaknya sibuk berolahraga. Dampaknya, sikap Najib menjadi berubah karena olahraga mampu membawanya keluar dari keterpurukannya.
“Saya harap Tuhan memberkahinya,” kata Faten. “Saya harap dia dapat berkomunikasi dengan orang lain lebih baik lagi terutama dengan mereka yang memiliki situasi yang sama.”
Sejak bulan Oktober 2016, Najib telah berpartisipasi dalam kegiatan Paralimpik untuk Pelajar Pengungsi sebuah kegiatan yang didanai sebuah lembaga nirlaba Yayasan Agitos dan didukung Komisi Tinggi Pengungsi Perserikatan Bangsa-bangsa (UNHCR).
Usai satu tahun menjalani latihan, Najib telah terjun pada dua kompetisi nasional di Yunani dan pada bulan Desember 2017 dia memulai debutnya pada ajang International Wheelchair Federation’s World Games 2017 di Vila Real de Santo Anton, Portugal.
“Kami di sini untuk berkompetisi, untuk menunjukkan kepada Najib sesuatu hal, untuk menambahkan inspirasi bagi hidupnya,” kata Christina Marouda, pelatih Najib.
Najib berlomba balapan kursi roda di kelas U18 100 meter dan 200 meter, serta berpartisipasi pada ajang kualifikasi internasional World Para Athletics.
Dia mengaku sangat senang dengan keikutsertaannya karena membuatnya bertemu dengan teman-teman baru yang berasal dari berbagai negara seperti Brasil, Uni Emirat Arab dan sebagainya.
Dia berjanji sekembalinya ke Yunani akan lebih giat berlatih dengan menambah porsi latihannya menjadi dua kali lipat. Supaya dia dapat segera memenangi medali.
“Impian saya yaitu mendapatkan lebih banyak pengobatan, melanjutkan sekolah, dan berkompetisi di Paralimpik,” ujarnya.
EURONEWS | IKRIMAH