Abu Dhabi, Ahad.co.id- Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin sejak 9 Desember 2019 berada di Abu Dhabi menghadiri Konperensi Toleransi. Ini adalah konferensi keenam yg diselenggarakan oleh Forum Promosi Perdamaian dalam Masyarakat Islam.
Forum yang diadakan oleh Muntadat Ta’zis Silmi fil Mujtama’at al-Islamiyah (Forum for Promoting Peace in Muslim Societies), mengemukakan tema ‘Kemungkinan kepada Keniscayaan (At-Tasamuh Minal Imkan ilal Ilzam /Tolerance From Possibility to Necessity)’.
Dipimpin okeh Syaikh Abdullah Bin Bayyah, seorang ulama terkemuka di dunia, konferensi dihadiri oleh sekitar 300 tokoh berbagai agama dari berbagai negara. Dari Indonesia, selain Din Syamsuddin, hadir Rektor UIN Jakarta Prof Amany Lubis, Rektor Unida Gontor Prof Amal Fathullah Zarkasyi, Rektor IIQ Prof Khuzaimah Y Tanggo, serta juga tokoh MUI KH Abdullah Jaidi dan Ketua MUI Muhyidin Junaidi dan Dosen UIN Jakarta Dr Zaitunah.
Dalam konperensi dibahas beberapa aspek dari pengembangan budaya toleransi dalam kehidupan masyarakat majemuk, seperti formulasi baru toleransi, etika toleransi, peluang bagi perdamaian, dan Aliansi Keutamaan (Alliance of Virtous). Bahasan terakhir merupakan tajuk dari Deklarasi Washington yang disepakati pada konperensi 2018.
Aliansi Keutamaan merupakan upaya mengangkat nilai-nilai keutamaan dari berbagai agama untuk ditampilkan sebagai lingkaran kebenaran. Lingkaran Keutamaan (Virtous Circle) diharapkan dapat menggantikan Lingkaran Setan (Vicious Circle) yang melilit peradaban dunia dewasa ini.
Din Syamsuddin menyambut baik percakapan tentang toleransi ini dan menganggapnya sebagai pilar kehidupan dunia yang majemuk. Menurut Din Syamsuddin, pengembangan kemajemukan menuntut beberapa prasyarat, antara lain:
(a) pengakuan akan kemajemukan,
(b) kesediaan untuk hidup berdampingan secara damai,
(c) toleransi
(d) kerja sama.
“Toleransi adalah sikap dan pandangan mengakui bahwa di antara anasir masyarakat majemuk ada persamaan dan ada perbedaan. Toleransi adalah menghargai perbedaan disertai tenggang rasa terhadap perbedaan itu,” ujar Din, dalam keterangan tertulis yang diterima Ahad.co.id, Rabu (11/12/2019).
Konperensi tentang toleransi di Abu Dhabi, menurut Ketua Dewan Pertimbangan MUI ini membawa pesan kuat dan relevan dengan bangsa Indonesia yang memiliki kemajemukan. Untuk menjaga keutuhan, kerukunan, dan persatuan maka toleransi merupakan prasyarat mutlak. Dengan demikian, toleransi bukan sekadar kemungkinan tapi adalah keniscayaan.
“Tidak boleh ada satu kelompok yang mudah mengklaim paling toleran dan kelompok lain intoleran. Klaim sepihak yg bersifat subyektif seperti itu justru akan merusak iklim toleransi yang ada. Tuduhan sepihak seperti itu sering muncul sebagai bermotif politik, dan dengan demikian sikap itu sejatinya merupakan bentuk intoleransi,” tutur Din.
Din menambahkan, daripada mengembangkan pendekatan bernada fobia demikian, sebaiknya bangsa mengembangkan budaya toleransi sejati. Jika ada masalah di antara kelompok-kelompok, sebaiknya dikembangkan budaya dialog. Dialog adalah cara bermartabat utk mengatasi yang ada.
Dari Abu Dhabi, Din Syamsuddin sebagai Presiden Asian Conference on Religions for Peace (ACRP) melanjutkan perjalanan ke New York untuk hadiri Pertemuan Para Tokoh Agama Dunia atau Multi Religious Partnership for Peace and Development yang diselenggarakan oleh Religions for Peace. Pada pertemuan itu Din Syamsuddin menjadi moderator pada sesi tentang peran agama dalam menanggulangi krisis lingkungan hidup. (Daniel)