Ciputat, Ahad.co.id- Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII), Dr Adian Husaini, menyatakan, bahwa dalam berda’wah umat Islam perlu memahami peta peradaban; bukan hanya memahami percaturan politik global dan peta politik nasional.
Hal itu disampaikan Dr Adian dalam acara Seminar Nasional dan Pelantikan Pengurus Dewan Da’wah Kota Tengerang Selatan, di Ciputat, Tangsel (14/11). Dicontohkan, dalam konteks percaturan peradaban saat ini, maka siapa pun presiden Indonesia, umat Islam tetap menghadapi tantangan hegemoni peradaban modern yang didominasi nilai-nilai sekuler.
“Lihat saja, gonta-ganti presiden, gonta-ganti menteri, konsep pendidikan, ekonomi, pembangunan tidak berubah. Teori tentang asal-usul manusia Indonesia, dalam buku-buku ajar sekolah, tetap dikatakan bahwa manusia Indonesia berasal dari perkembangan makhluk sejenis kera. Begitu juga ukuran kemajuan suatu bangsa, tetap ditentukan atas dasar materi, pendapatan per kapita. Tidak ada unsur iman, taqwa dan akhlak mulia, menjadi indikator keberhasilan pembangunan,” ujarnya.
Karena itulah, Ketua Umum Dewan Da’wah mengajak para aktivis da’wah di keluarga besar Dewan Da’wah untuk mengembangkan cakrawala berpikir, jauh ke depan. Dewan Da’wah memiliki visi perjuangan mewujudkan Indonesia adil dan makmur tahun 2045. Dalam konteks pembangunan peradaban, Dewan Da’wah sedang berjuang mewujudkan institusi-institusi da’wah yang terbaik, terutama institusi pendidikan.
Dr Adian juga mengajak para pengurus dan jamaah Dewan Da’wah untuk mensyukuri karunia Allah yang diwariskan oleh para pendiri Dewan Da’wah, yaitu: warisan intelektual, aset-aset da’wah dan warisan keteladanan.
Lalu, dia uraikan beberapa contoh keteladanan para tokoh Dewan Da’wah, khususnya Mohammad Natsir. Keteladanan itu mulai dari pemikiran dan sikap sebagai negarawan, sampai perilaku sehari-hari.
Karena itulah, Ketua Umum Dewan Da’wah mengajak seluruh pengurus dan jamaah Dewan Da’wah Tangerang Selatan khususnya, agar bekerja keras mewujudkan Dewan Da’wah sebagai organisasi da’wah profesional. Ditambahkannya, dalam menjalankan da’wah, jangan ada sikap patah arang.
Pak Natsir menjelaskan, bahwa da’wah itu seperti akar pohon yang lembut yang menembus celah-celah batu karang. Lama-lama, batu karang itu terbelah oleh akar pohon. Jadi, sekecil apa pun da’wah, tetap harus dilakukan, ajaknya.
Nabi Muhammad saw mengajak para tokoh musyrikin Quraisy, Yahudi dan Nasrani untuk berdialog dan untuk masuk Islam. Akhirnya, banyak diantara mereka yang masuk Islam dan menjadi sahabat Nabi terkemuka, seperti Umar bin Khathab, Khalid bin Walid, dan sebagainya.
“Jadi, ajaklah tokoh-tokoh non muslim di Tangerang Selatan ke dalam Islam dengan cara-cara yang baik,” imbau Dr Adian, yang menulis disertasi doktor berjudul Exclusivism and Evangelism in the Second Vatican Council di IIUM Kuala Lumpur.