Beranda Kaifa Harus Isolasi Mandiri di Rumah? Begini Caranya

Harus Isolasi Mandiri di Rumah? Begini Caranya

BERBAGI
Ilustrasi

Ahad.co.id- Munculnya berbagai klaster COVID-19 menjadikan makin banyaknya masyarakat yang terkena COVID-19 maupun masyarakat yang kontak erat dengan mereka. Sebagian besar dari masyarakat perlu melakukan Isolasi Mandiri di rumah.

Dilansir dari dokterzone.com, tidak semua penderita COVID-19 harus dilakukan isolasi mandiri di rumah. Terdapat beberapa kriteria yang membolehkan isolasi mandiri di rumah dilakukan, sekalipun oleh penderita COVID-19.

Yang Dibolehkan Isolasi Mandiri di Rumah

Dalam pedoman terbaru yang dikeluarkan kementerian kesehatan RI, disebutkan bahwa isolasi mandiri di rumah diperuntukan bagi kasus kontak erat, suspek, maupun konfirmasi COVID-19.

Kasus kontak erat COVID-19 di sini adalah ketogori seseorang yang kontak fisik tanpa Alat Pelindung Diri, terlepas akhirnya dia bergejala ataupun tanpa gejala.

Adapun yang dimaksud suspek, tidak semua kriteria suspek boleh isolasi mandiri di rumah. Hanya pasien dengan gejala ringan-sedang saja yang boleh melakukan isolasi mandiri di rumah, dengan pertimbangan dan persetujuan dari dokter yang memeriksa. Tidak untuk suspek yang gejala berat.

Untuk kasus konfirmasi COVID-19, di mana hasil PCR menunjukkan positif COVID-19, kasus yang boleh dilakukan perawatan isolasi mandiri di rumah adalah khusus konfirmasi COVID-19 tanpa gejala dan dengan gejala ringan-sedang saja. Tidak untuk yang gejala berat.

Tips Isolasi Mandiri di Rumah

Beberapa tips isolasi mandiri di rumah yang kami berikan di sini tentu saja merupakan salah satu langkah efisien agar isolasi mandiri di rumah berjalan lancar dan membawa kebaikan bagi seseorang yang melaksanakan isolasi mandiri, juga bagi keluarga yang berada di rumah.

  1. Membuat Kesepakatan Ruangan

Simpelnya, ruangan sebaiknya terpisah. Cara mudahnya, apabila salah seorang yang diisolasi berada di dalam kamar, maka anggota keluarga lain boleh berada di ruang keluarga. Namun apabila salah seorang yang diisolasi hendak keluar kamar, maka anggota keluarga yang lain sudah terlebih dahulu masuk ke dalam kamar.

Untuk aktifitas yang bisa dilakukan di kamar maka dilakukan di kamar, semisal makan dan minum. Boleh di dalam kamar dapat ditambahi post charger dan handphone maupun akses informasi dan hiburan lainnya agar di dalam kamar tidak bosan. Apabila hendak keluar kamar, maka berkoordinasi terlebih dahulu dengan mengetuk pintu, membuat missed call, ataupun metode lainnya.

  1. Minum Air Putih yang Banyak
Baca juga :   Ini Enam Keutamaan Hari Jumat

Air putih. Bukan teh, kopi, atau yang lain. Maksud arti yang banyak tentu saja secukupnya, namun hal ini sengaja ditekankan agar tidak menganggap remeh konsumsi air putih, apalagi hal ini menjadi penting dan menjadi salah satu pendukung terapi maupun pencegahan COVID-19.

Konsumsi air putih normalnya minimal 2 liter dalam 1 hari/24 jam. Boleh lebih. Kami menyarankan 3 liter dalam 1 hari/24 jam.

Konsumsi air putih yang banyak tentu tergantung latar belakang kesehatan sebelumnya. Misal jika sebelumnya seseorang sudah dengan kondisi gagal ginjal kronik, atau pembengkakan jantung, tentu mereka harus membatasi minum air.

  1. Konsumsi Vitamin C

Diberitakan oleh dokterzone.com bahwa konsumsi vitamin c dosis tinggi dipakai oleh dunia kedokteran sebagai salah satu pendukung terapi COVID-19 dan juga dapat berfungsi sebagai pencegahan.

Minumlah vitamin C dosis tinggi, untuk dewasa dengan dosis sekali minum 1.000 mg, dan dapat diminum 2 kali sehari.

Konsumsi vitamin c dosis tinggi menurut hasi penelitian terbukti memiliki efek antiviral dengan merusak dan mencegah replikasi virus.

  1. Optimis, dan Berdo’a

Kondisi psikologi seseorang sejak lama diketahui dapat mempengaruhi kondisi tubuh. Seseorang yang kondisinya cemas menyeluruh dapat berdampak pada penurunan daya tahan tubuh bahkan hingga membuat gejala seakan-akan tubuh merasa sakit.

Maka sangat disarankan bagi anggota keluarga yang sedang menjalani isolasi mandiri di rumah, maupun anggota keluarga yang lain, untuk tetap bersikap tenang dan optimis bahwa ujian ini akan segera berakhir, dan pasien dapat sembuh.

Jangan lupa juga bahwa sebagai hamba yang beriman, maka tidak lupa untuk memanjatkan do’a kepada Allah SWT, mengingat kita sebagai manusia hanya dapat mengupayakan hal yang terbaik menurut kita, sedangkan Tuhan yang menentukan akhir dari ujian ini. (Dudy)