Oleh: Tjahja Gunawan
(Pemred AHAD.CO.ID)
Setelah turun dari KA Argo Sindoro di Stasiun Tawang Semarang, saya segera bergegas berjalan kaki menuju hotel dekat stasiun karena hari semakin gelap, Kamis (14/2).
Jarum jam menunjukkan jam sepuluh malam, saya segera mempercepat langkah kaki sambil menyusuri sejumlah bangunan tua di kawasan Kota Lama Semarang. Setelah masuk hotel, Saya segera memejamkan mata.
Alhamdulillah, atas izin Allah SWT Saya bisa bangun jam 4 pagi meskipun tadi malam baru bisa memejamkan mata jam 12 malam. Setelah berbenah, saya segera bergegas menuju Mesjid Agung Semarang atau biasa juga disebut Mesjid Kauman Semarang.
Begitu keluar hotel, nampak jalanan basah bekas guyuran air hujan sehingga Jumat Subuh di Kota Semarang terasa adem. Suasana ini menambah asa saya untuk segera tiba di Mesjid Kauman.
Jarak hotel menuju mesjid relatif dekat, cukup 10 menit saja berjalan kaki menuju Mesjid Kauman. Lokasi mesjid ini dekat dengan jalan utama Jl Pemuda Semarang.
Setelah sholat sunat tahiyyatul mesjid, tidak lama kemudian terdengar suara bedug bertalu-talu yang kemudian disusul dengan suara adzan subuh yang merdu. Ya Allah ya Rabb, terima kasih atas nikmat Iman, Islam, dan nikmat sehat yang telah Engkau berikan kepada hambaMU ini.
Bangunan tua Mesjid Kauman ditopang oleh sejumlah tiang yang besar-besar. Sementara di samping mihrab imam, terdapat mimbar ukuran besar terbuat dari ukiran kayu tempat khotib berkhutbah setiap Hari Jumat atau Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.
Pada sholat Subuh Jumat tadi (15/2), Imam Sholat membaca Surat As Sajadah setelah membaca Suratul Fatihah. Meski cuma dua shaf, tapi jamaah yang datang sebenarnya banyak karena setiap shaf sholat jumlahnya banyak memanjang dari kiri ke kanan.
Setelah selesai sholat dan dzikir, tidak lupa saya ikut ramai-ramai bersalaman dengan imam Mesjid, para sesepuh, ustadz dan jamaah lainnya.
Umat Islam yang masuk ke setiap Mesjid, harus senantiasa dibarengi dengan niat i’tikaf agar mendapat ridho dan rahmat Allah SWT.
Oleh karena itu sejumlah jamaah Mesjid Kauman nampak tetap berdiam diri di mesjid sambil berdzikir dan membaca Al Quran hingga tiba waktu Suruq.
Setelah matahari memancarkan sinarnya, saya kemudian jalan-jalan di sekitar Mesjid Kaum Semarang. Untuk memenuhi rasa penasaran. Ternyata disekitar mesjid, selain terdapat pasar juga terdapat sejumlah toko kelontong, pakaian dan deretan rumah-rumah penduduk yang cukup padat.
Dalam dua hari terakhir ini Mesjid Kauman Semarang, menjadi perbincangan masyarakat menyusul rencana Calon Presiden Prabowo Subianto yang akan melaksanakan sholat Jumat disana.
Keberadaan mesjid ini juga menjadi trending topik di media sosial karena sebelumnya tersiar pernyataan takmir Mesjid Kauman KH Hanief Ismail yang menyatakan keberatan atas rencana Prabowo yang akan melaksanakan Sholat Jumat di mesjid tersebut.
Keberatan itu mencuat setelah beredarnya pamflet ajakan untuk sholat Jumat di Mesjid Kauman serta sejumlah poster dan spanduk Prabowo-Sandi.
Setelah saya keliling di sekitar mesjid pada Jumat pagi, spanduk Selamat Datang kepada Capres 02 Prabowo dan bendera Gerindra hanya ada di pagar trotoar pemisah Jl Pemuda, di dekat lampu merah. Lokasinya juga agak berjauhan dengan Mesjid Kauman Semarang.
Tapi sebenarnya kalaupun ada poster atau spanduk partai atau Capres dekat Mesjid, maka takmir Mesjid bisa mencopotnya. Jike perlu meminta bantuan Bawaslu untuk mencopotnya.
Dalam sejarah pergerakan dan perjuangan bangsa Indonesia, ternyata Mesjid Agung Semarang juga menyimpan cerita yang menarik. Masjid ini merupakan satu-satunya masjid di Indonesia yang mengumumkan kemerdekaan bangsa Indonesia secara terbuka hanya beberapa saaat setelah diproklamirkan.
Seperti diketahui peristiwa proklamasi yang dibacakan Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta di Pegangsaaan Timur no 56 Jakarta pada hari Jum’at pukul 10.00 pagi pada 17Agustus 1945. Lebih kurang satu jam setelah itu yaitu pada saat sebelum sholat Jum’at, Alm. dr. Agus, salah seorang jama’ah aktif di Masjid Agung Semarang melalui mimbar Jum’at dan dihadapan jama’ah mengumumkan terjadinya proklamasi RI.
Keberanian Alm. dr. Agus harus dibayar mahal, karena setelah peristiwa itu beliau dikejar-kejar tentara Jepang dan melarikan diri ke Jakarta hingga meninggal di sana. Sebagai penghargaan atas peristiwa tersebut pada tahun 1952, Presiden RI pertama Ir. H. Soekarno menyempatkan diri hadir untuk melakukan sholat jumat dan berpidato di masjid ini.
Mesjid pada hakikatnya adalah Rumah Allah SWT. Oleh karenanya tidak boleh dikavling menjadi kuasa individu ataupun kelompok dan golongan tertentu saja.
Sebagai Rumah Allah SWT tentu saja Mesjid harus dijaga sebagaimana lazimnya Rumah Ibadah.
Kita percaya Capres Prabowo Subianto memiliki dan memahamai tata-krama dan adab saat berada di dalam mesjid. Wallahu’alam.