Riyadh, Ahad.co.id- Prof Dr Ir Irwandi Jaswir MSc (48), pakar halal dunia asal Indonesia, Senin malam (26/3), menerima anugerah “King Faisal Prize” senilai Rp 2,7 milyar dari Raja Arab Saudi King Salman bin Abdulaziz Al-Saud. Penyerahan penghargaan kedua tertinggi setelah Hadiah Nobel itu, berlangsung dalam suatu acara mewah di Prince Sultan Grand Hall Riyadh, Al Faisaliah Center, Riyadh, Saudi Arabia.
Prof Irwandi yang kini berkhidmat sebagai Wakil Direktur INHART (International Institute for Halal Research and Training) Universiti Islam Antar Bangsa Malaysia ini menerima anugerah untuk kategori Pelayanan Islam (Service to Islam). Bersama Irwandi, juga menerima anugerah empat tokoh lainnya, masing-masing Prof Bashar Awad dari Irak (kategori Studi Islam), Prof Chokri Mabkhout dari Tunisia (Bahasa dan Literatur Arab), Prof James P Allison dari AS (Kedokteran) dan Prof Sir John M Ball dari Inggris (Sains).
Acara tersebut dihadiri 1.500 orang, termasuk Dubes RI untuk Arab Saudi Agus Maftuh Abegebriel, serta 20 keluarga besar Prof Irwandi Jaswir, termasuk ibundanya Ny Sudarni, istrinya Drg Fitri Oktavianti (Sp Orth), empat putra-putri serta para saudaranya.
Sebelum penyerahan anugerah, panitia menampilkan video singkat perjalanan perjuangan dan karir Irwandi sebagai pakar halal dunia. Prof Irwandi Jaswir hingga kini sudah mempublikasikan beragam temuan dan penelitian terkait ilmu halal.
Dalam orasi singkatnya setelah menerima anugerah, Prof Irwandi Jaswir mengucapkan terimakasih kepada Raja Salman dan Komite Penghargaan yang telah menetapkan dirinya sebagai salah satu penerima anugerah bergengsi ini. Juga kepada almarhum ayahandanya Jaswir, ibunda Sudarni, istrinya Fitri Octavianti, saudara, dan keluarga besarnya. Juga kepada UIA Malaysia, Pemerintah Malaysia dan Pemrintah Indonesia yang telah memberikan dukungan terus menerus.
Menurut Prof Irwandi, dengan pertumbuhan pasar industri halal yang mencapai 3,1 triliun dolar AS, halal science menjadi komponen vital dalam memperkuat industri hala dan perekonomian muslim. Dia mengingatkan, saintis muslim bertanggungjawab besar dalam hal ini. menurut Prof irwandi, Quran dan Hadist mengandung konsep ilmu yang bisa menginspirasi para ahli Muslim untuk memberikan kontribuisi kemanusiaan.
Komite Penghargaan King Faisal Prize menyebut Prof Irwandi telah memberikan kontribusi terhadap dunia Islam yang mengukir sejarah yang unik dalam pengembangan disiplin ilmu baru, yakni Halal Science. Riset ini melahirkan hubungan yang signifikan antara halal dan harap dalam aturan dan keilmuwan.
Melalui disiplin ilmu baru ini, posisi Irwandi mampu menyatukan “Halal Science” sebagai alat untuk menyempurnakan pendapat ahli fiqih. Ini merupakan langkah ke depan bagi dunia muslim untuk membantu banyak ahli Islam dalam menyelesaikan banyak isu yang berhubungan dengan halal dan haram melalui pengenalan “Halal Science”.
Lebih lanjut lagi sebagai seorang akademisi dan peneliti, pencapainnya sudah puncak, penelitiannya sudah didokumentasikan dan dipublikasikan di banyak publikasi sejenis jurnalilmiah (scientific journal), buku, dan konferensi.
Pengenalan “halal science” oleh Prof Irwandi sebagai ilmu baru dalam riset ilmiah datang dari bentuk yang unik dengan pondasi yang kuat. Dedikasi Prof Irwandi dalam keilmuan, terlihat dari publikasi ilmiah yang dilahirkannya berupa 120 artikel dalam jurnal ilmiah, 30 book chapter, dan menyelesaikan 30 proyek riset. Dia sudah mempresentasikan lebih dari 250 artikel/ paper di berbagai konferensi internasional. Publikasi tercatat dengan total 711 Scopus Citations dengan H-Index 16.
Anak keenam dari tujuh bersaudara ini juga merupakan anggota editorial board dari banyak jurnal ilmiah bereputasi tinggi. Dia juga berpartisipasi dalam berbagai konfensi dan eksibisi, serta melahirkan banyak magister dan doktor baru dalam bidang ilmu halal. Prof Irwandi juga mempunyai lima hak paten dalam bidang halal science, dan telah menerima 60 penghargaan internasional.
Selain itu Prof Irwandi juga mengembangkan alternatif makanan halal serta memproduksi gelatin halal dari berbagai sumber halal seperti unta dan ikan. Kolaborasinya dengan ilmuwannya berhasil mengembangkan metode deteksi kandungan non-halal pada kosmetik.
Prof Jaswir lahir di Medan, Sumatera Utara. Ia memperoleh gelar sarjananya di Institut Pertanian Bogor pada 1992. Ia kemudian melanjutkan Master di bidang Ilmu Bioteknologi dan Makanan pada 1996. Gelar doktor diperolehnya pada 2000 dari Universitas Putra di Malaysia.
Hasbi Syauqi