Oleh: Fatkhur Rochman
Penulis lepas dan blogger
“Nak, besok gede mau jadi apa?,” tanya Arman ayah Adi.
“Mau jadi dokter yah,” jawab Adi.
“Emang mau apa kalau jadi dokter?,” tanya Arman.
“Aku mau nolong orang sakit dan besok kalau ayah sakit aku yang rawat,” jawab Adi.
“Selain jadi dokter mau jadi apa lagi?,” tanya Arman.
“Hem, jadi presiden,” jawab Adi dengan mantab.
“Kenapa harus presiden?,” tanya Arman.
“Aku mau pimpin Indonesia agar makmur, dunia aman dan Islam berjaya,” jawab Adi.
Arman bahagia mendengar jawaban Adi. Anak kecil yang punya pikiran besar akan masa depan. Tantangan memang akan menghadang dalam mewujudkan cita-cita. Adi mengambarkan bagaimana didikan Arman mampu membawa pikiran besar masuk dalam relung hati dan pikiran.
Setiap anak yang lahir dalam keadaan fitrah. Bersih dan murni dalam segala hal. Orang tua yang bertanggung jawab akan pendidikan dan pembelajaran. Fitrah inilah yang harus dijaga dan ditumbuhkan. Pelajaran dan akhlaq adalah kunci utama. Tauhid sebagai pondasi awal harus dioptimalkan. Perjanjian alam rahim harus tergambar juga dalam alam dunia. Mengenal Allah adalah pelajaran awal bagi anak-anak. Kalau anak-anak kenal Allah maka mereka akan mengenal pribadinya.
Peran peradaban inilah yang menjadi tujuan pendidikan orang tua untuk anak. Menjadi apapun di masa depan anak-anak harus memerankan dengan baik. Batu bata peradaban Islam dibangun dari anak-anak yang orang tua didik. Generasi yang unggul itu syarat mutlak kejayaan Islam. Batu bata akan tersusun rapi apabila pas dalam penempatan. Peran saling melengkapi dan menguatkan ini yang membangun peradaban besar.