Oleh: Muhamad Rikiansyah, S.Ikom
“Saya pikir hanya di Tripoli orang semangat menunaikan salat sampai ke trotoar, bahkan sampai ke jalanan. Ternyata hari ini saya melihat lebih daripada itu. Orang berdesak-desakan dalam masjid hingga jamaah salat maghrib pun terpaksa dibagi 2 bagian. Saya tidak dapat mengungkapkan apa-apa dan hanya bisa memohon kepada Alloh agar kekuatan iman ini tetap terjaga. Semoga ini pertanda terbaik yang mengirimkan sinyal kepada dunia bahwa kebangkitan Islam dimulai dari bumi pertiwi ini”, ujar Ustaz Adi Hidayat, Lc di hadapan jamaah Masjid Agung Trans Studio Bandung (TSB) beberapa waktu yang lalu.
Ucapan Ustaz Adi Hidayat, Lc tersebut bukanlah tanpa alasan. Hari itu jamaah Masjid Agung TSB membludak hingga ke trotoar dan area parkir sekitaran masjid. Fenomena seperti ini tidak hanya terjadi di Masjid Agung TSB, masjid-masjid lain di Kota Bandung pun mengalami hal yang sama. Penuhnya jamaah ceramah umum atau kajian di beberapa masjid di Kota Bandung ini sudah berlangsung hampir dua tahun terakhir.
Fenomena diawali dari Masjid Daarut Tauhid (DT) yang didirikan oleh ustaz kondang, KH. Abdullah Gymnastiar. Dalam setiap kajiannya, Masjid DT berhasil menyedot ribuan jamaah dari dalam dan luar kota. Jamaah yang sebagian besar anak-anak muda ini meluber hingga ke jalan dan pertokoan sekitar masjid. Dengan tidak mengesampingkan kajian rutin yang dilakukan masjid-masjid besar di Kota Bandung seperti Masjid Raya Bandung, Masjid Pusdai, Masjid Al-Ukhuwah, Masjid Habiburrahman, dan Masjid Istiqomah, fenomena Masjid DT memang belum bisa diikuti masjid lain untuk kajian rutin kala itu.
Lalu, di awal tahun 2015 mencuat nama Masjid Al-Lathiif. Masjid yang terletak di Jalan Suren, Bandung, ini rutin menggelar kajian 2 hingga 3 kali dalam seminggu. Salah satu kajian bahkan dilaksanakan pada waktu yang tidak biasa, Sabtu malam. Namun siapa sangka, di waktu yang biasa dipakai untuk melepas penat itu justru Masjid Al-Lathiif dipenuhi ratusan jamaah. Sekitar 90 persen jamaah berusia di bawah 40 tahun. Bahkan, lebih dari setengahnya adalah usia belia antara 18 – 25 tahun.
Perlu dicatat, bahwa anak-anak muda yang hadir dalam kajian di Masjid Al-Lathiif ini bukanlah anak muda soleh yang sudah paham ilmu agama. Banyak dari mereka yang mungkin baru pertama kalinya ikut kajian agama, lalu tertarik, dan akhirnya memantapkan diri untuk hijrah menuju hidup yang lebih baik. Dari sinilah muncul istilah “Pemuda Hijrah” yang kemudian menjadi komunitas pemuda yang mencintai kajian di masjid-masjid.
Salah satu yang membuat anak-anak muda tertarik mengikuti kajian adalah hadirnya sosok-sosok ustaz muda dan gaul, sebut saja Ustaz Hanan Attaki dan Ustaz Evie Efendi. Mereka berhasil menyesuaikan materi dakwah dengan kebutuhan anak muda dari berbagai kalangan yang awalnya minim pengetahuan agama. Dengan semangat dakwah yang mengajak bukan mengejek, merangkul bukan memukul, tidaklah heran jika kajian mereka selalu dipenuhi oleh anak-anak muda.
Keberhasilan dakwah ala anak muda ini ternyata menginspirasi banyak komunitas untuk membuat kajian serupa. Dengan prinsip dakwah saling mengisi dan melengkapi, maka saat ini masjid-masjid di Kota Bandung begitu padat dengan jadwal kajian. Hal ini bisa dilihat dari akun instagram @infokajian_bdg, yang merupakan akun khusus yang menampilkan postingan kajian di Kota Bandung.
Menurut admin @infokajian_bdg, setiap akhir pekan sedikitnya ada 60 postingan kajian yang mereka rilis. Bahkan jika dirata-rata dalam satu bulan bisa mencapai lebih dari 600 info kajian yang mereka rilis. Artinya, kajian di Kota Bandung tidak hanya padat di akhir pekan tapi juga di hari-hari biasa. Itu baru dari satu akun, belum dari akun lain atau yang memang tidak terposting di media sosial.
Kini, Kota Bandung tidak hanya populer dengan wisata kuliner dan fashion, tetapi juga menjadi destinasi wisata religi. Fenomena “Bandung Lautan Kajian” ini ada baiknya diperhatikan oleh Pemerintah Kota Bandung. Melalui pembinaan yang optimal, bukan tidak mungkin fenomena ini menjadi suatu gerakan moral bagi generasi muda Islam dalam membangun peradaban. Semoga saja dari Kota Bandung inilah sinyal kebangkitan Islam dipancarkan ke seluruh penjuru dunia.
Dari Tsauban RA, dia berkata, telah bersabda Rasulullah SAW, “Akan datang panji-panji hitam dari sebelah timur. Seolah-olah hati mereka kepingan-kepingan besi. Sesiapa mendengar tentang mereka, hendaklah datang kepada mereka dan berbaiatlah kepada mereka sekalipun merangkak di atas salju.” (Dikeluarkan dari Al Hasan bin Sofyan dari Al hafiz Abu Nuaim) (dari kitab Al Hawi lil fatawa oleh Imam Sayuti).
*) Penulis adalah Ketua DKM Al-Ikhlas Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat, pengurus DKM Utsman bin Affan Jatihandap Bandung, dan penikmat kajian di Kota Bandung