Jakarta, AHAD.CO.ID – Setelah menjatuhkan Khilafah Abassiyah dan melakukan ekspansi sampai ke Gaza, pemimpin tentara Mongol, Hulago, memiliki ambisi besar untuk menaklukkan Mesir dan Maghribi. Cucu Genghis Khan ini, mengirim surat pada penguasa Mesir saat itu, Saif ad-Din Qutuz. Dalam suratnya, Hulago menulis tentang daerah-daerah jajahan yang telah dihancurkan Mongol sebelumnya, dan Mesir tidak akan bisa melepaskan diri dari mereka.
Surat tersebut tidak membuat Saif ad-Din Qutuz gentar. Ia membunuh utusan Mongol yang mengantar surat itu, dan menggantungnya di tengah kota. Hal ini merupakan isyarat perlawanan yang dikirim Mesir pada pasukan Mongol.
Tentu saja tindakan Saif ad-Din Qutuz membuat geram pasukan Mongol. Hulago menunjuk Kitbuqa untuk memimpin perang melawan Mesir. Kitbuqa membawa 20.000 tentara Mongol, termasuk di dalamnya tentara berkuda yang belum pernah terkalahkan. Mereka membangun kemah di ‘Ain Jalut, Palestina Utara. Pasukan Mesir, dengan kekuatan seimbang, juga membangun kemah di lokasi yang sama.
Pasukan Mesir tak gentar menghadapi pasukan Mongol yang terkenal kejam dan sadis. Mereka mengatur strategi, demi menyelamatkan Mesir yang merupakan kubu terakhir sekaligus terkuat milik umat Islam. Sebelum pasukan Mesir menjadi korban kebengisan tentara Mongol, mereka melancarkan taktik yang tak pernah dihadapi tentara Mongol sebelumnya.
Panglima Saif ad-Din Qutuz sengaja memancing tentara Mongol keluar menuju lembah yang sempit. Di lembah itu, pasukan Mesir bersembunyi. Saat tentara Mongol tiba, pasukan Mesir keluar dari persembunyian mereka. Tentara Mongol tidak mengira akan mendapatkan serangan di tempat itu. Pertempuran tak terhindarkan. Kitbuqa ditawan dan dieksekusi. Tentara Mongol berhasil dipukul mundur.
Pertempuran ini merupakan sejarah bagi pasukan Mongol. Mereka mengalami kekalahan telak dari umat Islam dan tidak bisa melakukan serangan balasan di kemudian hari. Peristiwa yang merupakan sejarah penting bagi umat Islam ini terjadi pada 25 Ramadan 658 H.
FARA V SYAHRINI