Jakarta, AHAD.CO.ID- Direktur Community of Ideological Islamic Analyst Harits Abu Ulya, menilai sembilan seruan Menteri Agama soal materi ceramah tidak tepat.
Menurut Harits, jika Negara ingin menekan radikalisme, seharusnya memberikan solusi-solusi praktis bagi masyarakat bukan dengan membatasi konten ceramah.
“Misalnya dengan lebih awal membaca secara holistik problem akar dari radikalisme yang lahir di dunia Islam secara umum termasuk Indonesia di dalamnya,” kata Harits, seperti dikutip dari Republika, Rabu (3/5/).
Lebih lanjut dia menjelaskan, setidaknya ada tiga akar masalah yang mengakibatkan lahirnya radikalisme. Pertama, adanya rasa ketidakadilan baik dalam konteks domestik maupun global di dunia Islam yang perlu jawaban tuntas dan solusi.
Menurut Harits, selama konstelasi dunia masih unipolar, yakni dengan Amerika sebagai sumbu putarnya, maka Islam akan apatis dan pesimis keadilan global di dunia Islam akan terealisir. Sehingga persoalan ini butuh solusi konkrit.
“Kedua, faktor kemiskinan tidak jarang menjadi stimulan lahirnya tindakan-tindakan bias dan keputusasaan dalam kehidupan sosial, dan hal ini kuncinya adalah pendidikan. Sikap rasional dan proporsional sangat terkait dengan level pemikiran seseorang, pendidikan punya peran krusial atas perkara tersebut,” jelas Harits
Persoalan ekonomi yang bermartabat, jelas Harits, menjadi problem mendasar kemiskinan yang harus bisa segera diatasi.
Harits menegaskan, jika tiga faktor ini terabaikan oleh Negara, dan Negara justru fokus melakukan perang pemikiran dengan membatasi konten ceramah, ini akan sarat dengan perdebatan.
“Karena tidak mungkin konten ceramah itu melulu, dan kebutuhan masyarakat Islam adalah pencerahan dalam banyak aspek terkait kehidupan mereka,” kata Harits.
Reporter: Ainul Yaqin
Editor: Daniel Amrullah