AHAD.CO.ID- Ada yang seolah hilang dari manusia modern, yakni sifat malu. “Urat malunya sudah putus,” begitu banyak orang mengomentari. Perbuatan maksiyat dilakukan terang-terangan, tak ada lagi malu. Pengingkaran terhadap Allah dan Rasul-Nya pun seolah menjadi hal yang biasa dan lumrah.
Dalam hadits nomor 418 dalam kitab Mukhtaarul Ahaadits, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Iman itu memiliki enam puluh cabang, dan malu merupakan cabang dari iman,” (Riwayat Imam Bukari).
Salah satu cabang yang paling penting dalam iman adalah sifat malu. Mengapa sifat ini disebut sebagai salah satu cabang paling penting, karena sifat ini akan mencegah seseorang dari melakukan perbuatan-perbuatan dosa.
“Sifat malu tiada lain hanyalah mendatangkan kebaikan,” (Riwayat Imam Muslim).
Rasululah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dikenal sebagai orang yang pemalu. Para sahabat meriwayatkan, Rasulullah lebih pemalu daripada seorang perawan yang berada dalam pingitan. Malu merupakan salah satu sifat beliau, maka sebagai pengikut yang mengaku mencintai beliau, pantas lah mencontoh sifatnya semampu kita.
Pengertian malu dalam pembahasan ini mencakup malu terhadap manusia dan malu kepada Allah. Malu terhadap manusia dapat mencegah seseorang dari melakukan perbuatan-perbuatan tercela dan buruk menurut etika. Sedangkan malu kepada Allah, seperti telah dijelaskan, mencegah seseorang melakukan perbuatan maksiyat dan kedurhakaan.
Semoga Allah mengkaruniakan kita sifat malu dalam ketaatan. Aamiin
DUDY S TAKDIR